Ada kesulitan dan juga ada tantangan dalam mengungkapkan iman kita kepadaTuhan dan kesulitan ini seharusnya menjadi jalan bagi kita untuk memperdalam iman kita.
Melalui Yehezkiel (Yeh. 2:2-5) Allah menunjukan sikapNya yang keras terhadap bangsa Israel yang disebutnya sebagai bangsa pemberontak, tegar hati dan keras kepala. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Tuhan Allah. Yesus dimana-mana berkotbah dan membuat mujizat dan banyak orang percaya, namun ketika Dia membuat hal yang sama di kampung halamanNya sendiri, mereka heran dan bertanya : dari mana Dia mendapatkan kuasa ini? Hikmat apa ini? Bukankah Dia anak tukang kayu? IbuNya, saudara-saudariNya ada bersama kita di kampung ini, bagaimana Dia bisa mengadakan mujizat dengan tanganNya? Intinya mereka menolak Yesus dan pengajaranNya karena melihat hal yang sederhana dari Almasih utusan Allah ini. Tidak ada yang istimewa.
Dengan sedih Yesus memberikan tanggapan : seorang nabi diterima dan dihormati dimana-mana, kecuali di tempat asalnya diantara kaum keluarganya bahkan dirumahnya sendiri. Yeus ditolak oleh mereka karena asal-usul Yesus yang sama seperti mereka. Tiadanya iman menjadi hambatan untuk rahmat Allah. Bila tidak ada iman, sulit mererima rahmat Allah. Yesus tidak melakukan satu mujizatpun di kampungNya karena mereka tidak percaya.
Sementara Paulus dalam suratnya (Kor. 12:7-10) menuliskan pengalamannya akan rahmat Allah yang luar biasa. Meski demikian ia mengalami duri dalam dagingnya, suatu bentuk tantangan, kesulitan karena ada iblis yang mengecoh hidupnya. Bahkan dia minta kepada Tuhan supaya iblis ini diusir dari kehidupannya, tetapi Tuhan tidak mengusir iblis malah seakan membiarkannya supaya dia jangan sombong, meninggikan hati melainkan merendahkan hati. Tuhan berkata : cukuplah kasih karuniaKu bagimu. Karena justru dalam kelemahanku, dalam ketidakberdayaan kuasaku menjadi sempurna. Kata-kata Tuhan ini bagi Paulus merupakan suatu cahaya ilahi yang memampukan baginya menerima segala sesuatu dengan iman.
Tuhan membutuhkan talenta, kehebatan, kemampuan kita. Yang Tuhan butuhkan dari kita adalah kesiap-siagaan dan kerendahan hati kita. Jika kita tidak rendah hati, karya Tuhan tidak dapat terlaksana. Kesombongan menutup rahmat Allah. Kesombongan akan membuat kita semakin sombong dan durhaka baik terhadap Tuhan maupun sesama. Paulus sadar akan itu dan ia berkata : aku lebih suka bermegah atas kelemahanku, agar kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela dalam kelemahanku didalam siksaan, kesukaran, penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah maka aku kuat.
Mari kita memohon kepada Tuhan supaya kita bisa memiliki hati dan sikap seperti Paulus. Selamat berhari Minggu, Tuhan memberkati kita semua.(ANM)