Halaman

    Social Items

Showing posts with label Katolik. Show all posts
Showing posts with label Katolik. Show all posts

Puncak selalu menampakkan keindahan, kesejukan, kedamaian, ketenangan dan sukacita. Semua orang pasti menuju puncak, entah itu puncak karir, puncak kesuksesan atau bahkan puncak penderitaan. Dan di titik itulah perlu ada keputusan, kemana harus melangkah.

Di Minggu Prapaskah II ini, bacaan Injil kali ini mengambil tema transfigurasi Yesus di atas gunung Tabor. Puncak gunung Tabor menjadi saksi Sidang Agung. Yesus dipermuliakan dihadapan Musa, Elia dan ketiga murid-Nya. Musa sebagai pemegang loh batu di puncak Sinai dan sebagai pelaksana dan pengendali hukum Taurat, sementara Elia menjadi perwakilan para nabi perjanjian lama dan Yesus sebagai pemegang kontrak perjanjian baru dan eksekutor dari sidang agung tersebut. Selain itu ada ketiga murid Yesus sebagai pengamat sidang dengan kualitas kemuridan yang relatif berbeda dan mudah hanyut dalam kepentingan lahiriah. Bagaimana Petrus yang berjanji tidak akan menyangkal Yesus, tapi akhirnya menyangkal juga. Yakobus dan Yohanes yang mengikuti Yesus dengan harapan menjadi asisten Yesus, satu dikiri dan satu di kanan.

Suasana sidang itu berlangsung begitu akrab, penuh damai dan sukacita bahkan terlihat pancaran cahaya gemilang dalam diri ketiganya. Pengalaman sidang ini tidak pernah terjadi dalam sidang manapun di dunia ini, yang tentunya marak dengan boncengan kepentingan sehingga membuat sidang penuh emosi dan ketegangan, bahkan menimbulkan keributan.

Hasil sidang kemudian dikukuhkan oleh Allah Bapa dengan suara agung-Nya dengan menegaskan kualitas keilahian Yesus. "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." Apa arti ini semua?

"Inilah Anak yang Kukasihi" yang mengartikan bahwa Yesus adalah Putera terbaik yang sangat disayangi dan patut dikasihi. Tak mungkin dilepas dan diberikan kepada orang lain. Sanggupkah kita juga mau melepaskan apapun yang terbaik dan yang paling kita sayangi dalam kehidupan kita?

"Kepada-Nyalah Aku berkenan" yang mengartikan bahwa Putera Allah adalah milik Allah, namun berani di lepaskan untuk kepentingan orang banyak. Bapa surgawi sudah berkenan memberikan kepada kita maka tidak ada pilihan lain selain kita harus menerima Dia. Berbahagialah kita pendosa yang berkenan diterima oleh Putera Allah.

"Dengarkanlah Dia" yang mengartikan bahwa siapapun yang berpapasan dengan Yesus selama jalan penderitaan, entah itu para penjahat maupun orang banyak dan murid yang setia di jalan penderitaan-Nya, pasti mendengar sapaan suara-Nya. Sapaan penuh kesucian dan berlimpah pengampunan yang terurai dalam tujuh sabda salib.
  1. Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Lukas 23:34) : Kepada semua yang mengiringi Dia di jalan salib.
  2. Sesungguhnya, hari ini juga kamu akan bersama Aku di dalam Firdaus (Lukas 23:43) : Kepada penyamun yang disalibkan bersama Dia.
  3. Ibu, inilah anakmu! – Inilah ibumu! (Yohanes 19:26-27) : Kepada ibuNya dan murid yang dikasihiNya.
  4. Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27:46 & Markus 15:34) : Sebutlah namaNya, maka Dia akan menjawab kerinduanmu.
  5. Aku haus! (Yohanes 19:28) : Jika haus akan kebenaran maka cintailah kebenaran itu.
  6. Sudah selesai (Yohanes 19:30) : Perkara apapun yang dihadapi harus ada solusi penyelesaiannya.
  7. Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku (Lukas 23:46) : Hidup ini tidak ada gunanya di pertahankan melainkan harus diserahkan kepada empunya yaitu Tuhan sendiri sehingga ada pancaran cahaya kemuliaan seperti di puncak Tabor.


Selamat berhari Minggu. Tuhan memberkati kita semua.(AB)

Sidang Agung : Yesus Di Permuliakan


Pengalaman mengasihi dan dikasihi merupakan pengalaman terindah dalam hidup seseorang. Tidak ada pengalaman yang dapat mengalahkan ini. Kasih ini juga menjadi kebutuhan dasar bagi manusia karena kehidupan menjadi utuh ketika orang merasakan kasih dan berbagi kasih itu dengan sesamanya.

Kasih adalah dasar dari ajaran Gereja karena Yesus menjadikan ini sebagai dasar ajaranNya. Karena kasih ini juga Yesus telah menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah (Ef 5:2). Jika kasih ini kita terapkan dalam kehidupan kita, itu akan bisa melahirkan indahnya dunia, melahirkan senyum dan memberikan gairah yang positif kepada kita.

Dalam Injil, kasih yang di ajarkan Yesus ini selalu ditujukan kepada sesama, terlebih kepada musuh atau orang yang membenci kita. Secara rohani, sesama itu adalah semua orang yang telah diciptakan Tuhan dengan begitu rumit sehingga tak ada duanya. Bahkan Tuhan menamakan manusia sebagai Bait Allah yang kudus.

Manusia lahir karena dikasihi Allah dan kepadanya diberikan segala kelengkapan baik itu fisik, jiwa, pikiran dan segala aneka perasaan. Semua ini harus menjadi potensi untuk di bagikan kepada sesama. Kasih Tuhan kepada manusia sesungguhnya sangat personal dan dinyatakan dengan pelbagai macam cara. Di lain pihak, secara manusiawi, kasih pertama kali dirasakan lewat pengalaman kasih dari kedua orang tua kita. Inilah menjadi pengalaman dasr manusiawi yang dapat mempengaruhi tata gerak dan tingkah laku serta perbuatan manusia dalam proses kehidupan selanjutnya. Siapa yang lahir sebagai manusia harus menyadari bahwa ia menjadi manusia karena dan untuk sesama

Seperti dalam bacaan Injil hari ini (Matius 5:38-48), Yesus selalu mengajarkan untuk berbuat kasih kepada musuh kita. Musuh terbesar kita dalam hidup ini adalah orang yang paling dekat dan paling akrab dengan kita. Lihatlah kedalam situasi kehidupan keluarga kita masing-masing. Pengalaman kasih Tuhan kadang belum mengubah dan menggerakkan hidup manusia. Terutama dalam pengalaman kecewa, marah dan sakit hati yang menyebabkan salah satunya terluka dan akhirnya mudah melukai orang lain. Banyak masalah ketidak harmonisan antara manusia baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat yang dapat melahirkan berbagai reaksi seperti marah, benci, dendam, iri hati, sakit hati, kecewa, cemburu dan lainnya. Apa bila ditarik akar penyebabnya, sebenarnya pelakunya merasa tidak dihargai dan dikasihi.

Kepahitan ini yang bisa menjadi lingkaran kehidupan yang tidak ada ujungnya. Orang akan menjadi murung dan sebagai balasannya adalah ingin melukai dan mencelakakan orang lain. Dengan itu lahirlah musuh dalam selimut, dekat tapi tidak bersama, bersatu namun tidak berkomunikasi. Maka marilah kita ingat pesan dari kitab Imamat (19:17), janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu namun hendaklah engkau berterus terang menegur dia.

Musuh terbesar dan terberat dalam hidup kita adalah diri kita sendiri karena manusia selalu memiliki ego yang sangat tinggi. Sangat sulit bagi seseorang untuk mengalahkan diri sendiri. Perjuangan melawan diri sendiri tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Karena pada prinsipnya orang pandai membela diri, membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain. Justru itulah yang melahirkan musuh dalam kehidupan ini. Tuhan menciptakan manusia dengan segala kelengkapan pada sistem tubuh, jiwa, pikiran, talenta yang serba unik dengan maksud bahwa kita mampu menggunakannya sebaik mungkin dan mampu mengendalikan diri sehingga tidak masuk dalam perangkap kejahatan yang akhirnya memperparah kehidupan bersama dengan kebencian yang tidak berkesudahan.

Tuhan telah menciptakan kita dengan sedemikian unik dan sangat personal oleh karena itu Tuhan mengundang kita untuk mengambil bagian dalam cara mengsihi sesama tanpa batas dengan semangat pengorbanan, kerendahan hati, kesetiaan melayani, penuh pengertian, sehingga kita semua berharga di mata Tuhan, merasa dikasihi dan dapat mengasihi satu sam lainnya seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati kita semua.(AB)

Mengasihi Sesama Mengalahkan Musuh dan Lawan


Ada beraneka perilaku hidup manusia, baik itu yang positif maupun yang negatif. Perilaku yang negatif tentunya bertentangan dengan standard kesucian sebagai tuntutan hidup iman menuju surga. Perilaku dan perbuatan negatif sangat dipengaruhi oleh napsu dan keserakahan duniawi.

Manusia beriman dan yang percaya kepada Tuhan semestinya memperlihatkan perilaku hidupnya sesuai hukum dan perintah Tuhan. Itulah sebabnya standard perilaku surgawi harus terus diingatkan kepada manusia melalui kotbah di bukit  yang dikenal dengan nama Sabda Bahagia. Inti dari Sabda Bahagia ini melekat pada tiga substansi dasar hidup agar menusia memiliki standard hidup surgawi.

Hal pertama yang menjadi intisari Sabda Bahagia ini adalah jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Kecenderungan hidup dan perilaku manusia dimana-mana adalah sering bahkan selalu membalas kejahatan dengan kejahatan. Sedikit sekali orang yang membalas kejahatan dengan kebaikan dan inilah menjadi titik kelemahan manusia. Manusia cenderung bertindak mata ganti mata ataupun gigi ganti gigi. Ketika kejahatan ini semakin populer maka hidup ini tidak ada keindahan dan faedahnya bahkan jauh dari sukacita.

Karena itu melalui sapaan Tuhan, kita diingatkan bahwa hidup kita harus diarahkan pada standard surgawi oleh karena kita sudah diselamatkan Tuhan. Hal ini terungkap dalam sabdaNya, "Siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." Intinya adalah janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi tunjukkanlah bahwa kita berbeda karena kita adalah manusia surgawi yang sudah di selamatkan. Jika tidak demikian apa bedanya kita dengan orang lain?

Intisari kedua adalah Jangan membenci orang yang memusuhimu. Rasa-rasanya tidak terlalu mudah untuk selalu baik-baik saja dengan orang yang memusuhi kita dan juga tidak terlalu mudah untuk berlaku dan bertindak baik terhadap orang yang membenci kita. Tetapi mau atau tidak, suka atau tidak, kita harus mempraktekkan model hidup ini sebagai pertanda bahwa kita adalah anak-anak Allah. Sebab manusia di dunia ini penuh dengan kebencian terhadap orang-orang yang membenci mereka yang pada akhirnya membuat hidup ini semakin jauh dari kerukunan, damai dan tanpa relasi persahabatan.

Kebencian di balas dengan kebencian, kejahatan dibalas dengan kejahatan yang membuat keindahan dalam hidup ini menjadi sirna. Karena itu Tuhan menetapkan standard lebih tinggi bagi kita anak-anakNya. Ia bersabda, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." Sebab kebencian tidak akan pernah hilang apabila di balas dengan kebencian, akan tetapi kejahatan bisa dikalahkan dengan kebaikan. Dengan cara hidup seperti ini, kamu akan disebut anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang baik.

Dan yang terakhir adalah jika kita berbuat baik, hindarilah sikap pilih kasih. Kecenderungan manusia adalah berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita dan juga sebaliknya, suka berlaku tidak baik kepada orang yang tidak baik kepada kita. Kecenderungan ini terkesan menjadi model hidup dan perilaku manusi dewasa ini. Kalau hendak berbuat baik, lihat dulu orangnya, apakah orang ini telah berbuat baik kepada kita atau tidak. Perilaku ini membuat nilai kebaikan itu semakin kerdil bahkan bisa saja lenyap. Padahal, yang namanya kebaikan itu tidak ada batasnya dan tidak boleh dibatasi hanya kepada orang yang kita sukai dan yang senang kepada kita. Jika perilaku kita hanya sebatas itu maka Tuhan akan berkata, orang-orang berdosa pun berbuat seperti itu. Lalu apa bedanya kita dengan orang-orang berdosa? Sebab orang-orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian. Karena itu, sebagai mana kamu adalah anak-anak Allah yang sempurna maka hendaklah kamu sempurna dalam perilaku dan perbuatan baik sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.

Semua hal diatas adalah standard perilaku dan perbuatan surgawi yang Tuhan tetapkan bagi kita dan itulah yang membedakan kita dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Ingatlah bahwa kita bukan dari dunia ini, namun kita ada didunia ini untuk menghadirkan nilai-nilai kerajaan surga bagi semua orang didunia ini.

Selamat berhari Minggu. Tuhan memberkati kita semua.(AB)

Berbuat Baik Untuk Kerajaan Surga


Dalam bacaan Injil (Matius 5:13-16) di Minggu biasa V ini mau menegaskan tentang tanda dan identitas kita sebagai murid Yesus. Ini bukan hanya sekedar afirmasi atau sebuah pernyataan biasa atau hanya sekedar basa basi dan juga bukan sekedar isyarat. Pernyataan ini mengacu pada tiga prioritas dalam menentukan pilihan hidup bagi kita.

Pertama : Menjadi garam dan terang dunia perlu kita renungkan dalam konteks dimana kita berada dan waktu dimana kita ikut berperan serta. Untuk itu marilah kita mencermati apa artinya menjadi garam dan terang dunia dalam kehidupan berbangsa kita.

Kehidupan berbangsa memang berada dalam slogan menjaga kesatuan NKRI sebagai harga mati. Upaya pemimpin bangsa ini mulai dari pusat hingga ke daerah-daerah tetap membawa dan mengobarkan semangat NKRI ini. Namun tetaplah disadari bahwa masih ada celah dimana orang yang merasa tidak diposisikan pada tempat yang menguntungkan secara sosial, ekonomi, moral, dan politik, akan menawarkan gagasan yang menggelapkan ide cemerlang NKRI harga mati tersebut.

Jika itu terjadi maka itu seperti apa yang dikatakan Yesus dalam Injil; "Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang." Atau perumapamaan tentang meletakan pelita dibawah kaki dian. Tidak ada gunanya karena tidak akan menerangi seluruh ruangan. Proses tawar menawar untuk menggelapkan kondisi hidup berbangsa, berbanding terbalik dengan seruan Yesus. Maka bagi kita yang menamakan diri sebagai pengikut Kristus, mari kita membaca konteks kehidupan NKRI dan mengambil peran untuk tidak turut dalam menggelapkan atau menawarkan aksi yang menggelapkan dan meresahkan kehidupan berbangsa di tanah air ini.

Sama halnya dengan kebebasan beragama yang telah diatur dalam UUD 1954 pasal 29. Namun tetap saja ada kekecewaan, kecemasan, ketakutan yang menghantui penganut agama lantaran sikap tidak saling menghargai antar sesama. Sikap ini juga dapat membuat hati menjadi tawar dan dengan demikian tidak akan ada suka cita yang dirasakan dalam merajut kebersamaan.

Kita juga tentunya tahu apa artinya kehidupan yang beradab dan berbudaya. Dimana orang yang beradab pasti memiliki rasa kemanusiaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya. Inti dari setiap budaya adalah memperjuangkan dan menjunjung tinggi nilai kehidupan. Untuk itu tidak ada pilihan lain selain menghargai kehidupan, bukan mematikan dan bukan pula menjadikan hidup ini datar dan tawar tanpa rasa kemanusiaan.

Prioritas yang kedua dalam menentukan pilihan hidup adalah keharusan yang mendesak. Kita harus menjadikan hidup ini berarti dan bermakna. Oleh karena itu hendaknya kita memancarkan cahaya terang bagi orang lain. Kita harus memerangi bentuk aksi yang menggelapkan dan mengaburkan makna hidup. Kita tidak bisa membiarkan bahkan hanya melihat kegelapan dan kegelisahan menimpa orang lain, melainkan segera mengambil langkah yang strategis untuk memerangi kegelapan dan memancarkan terang yang memberikan harapan untuk hidup.

Dan prioritas terakhir adalah identitas kita. Ketahuilah bahwa kata-kata Yesus "Kamulah garam dan terang dunia" adalah identitas yang melekat dalam diri kita sebagai murid Yesus. Ini bukan hanya menjadi sebuah tempelan atau tambalan melainkan pokok yang melekat dan menyatu dalam diri kita sebagai bagian dari kemuridan. Kita memang berada di dunia namun kita bukan dari dunia ini, karena hidup kita didunia akan berakhir. Akan tetapi selagi kita masih di dunia ini marilah kita menunjukan identitas untuk menggami/mengasinkan dan memancarkan cahaya bagi dunia agar semua orang penuh dengan harapan yang ceria.

Selamat hari Minggu. Tuhan memberkati kita semua.(AB-YVDW)

Kamulah Garam dan Terang Dunia


Minggu ini bersama Gereja sejagat kita merayakan pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah. Sebagai hari raya, bacaan hari Minggu ini digantikan dengan bacaan-bacaan yang berhubungan dengan pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah. Pesta ini adalah masa transisi dari pesta Natal ke pesta Paskah

Dalam Lukas 2:22-32 dikisahkan ketika genap waktu pentahiran, Maria dan Yoseph membawa Yesus ke Bait Allah untuk dipersembahkan. Kemudian juga ketika saatnya tiba, Yesus juga nantinya akan memberikan seluruh hidupNya hingga mati di kayu salib, itulah paskah kita.

Liturgi pada minggu ini menampilkan tugas kenabian yang mewartakan kasih Allah yang menguduskan umat manusia terpenuhi dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus. Melalui persembahan hidupNya dan melalui penyalibanNya, Kristus telah membebaskan kita dari kekuasaan jahat dan memberikan kemenangan kepada kita untuk melawan kematian. Yesus anak Allah namun Dia menjadi manusia sama seperti kita, namun yang membedakannya bahwa Dia tidak memiliki dosa. Dia menderita disalibkan namun dibangkitkan oleh Allah sehingga Dia bisa menebus kita manusia dari dosa-dosa kita.

Apa makna pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah bagi kita? Inilah kesempatan bagi kita, baik kaum imam, biarawan dan biarawati, kita awam, kita memperbaharui kaul-kaul janji kesetiaan kita kepada Tuhan, kita memperbaharui janji-janji sakramen yang telah kita terima dengan turut ambil bagian seperti apa yang Tuhan Yesus lakukan yakni mempersembahkan seluruh hidupnya demi pengudusan dan penyelamatan umat manusia.

Semoga dengan pembaharuan kaul-kaul dan sakramen-sakramen yang kita terima menjadikan kita kudus dan berkenan kepada Tuhan. Selamat berhari Minggu, Tuhan memberkati kita semua.(ANM)

Yesus Dipersembahkan di Bait Allah


Hari ini kita memasuki Minggu biasa III dalam kalender liturgi gereja Katolik. Bacaan-bacaan kitab suci kali ini mau mengajarkan kita bagaimana kita sesungguhnya mengungkapkan iman kita dan percaya kepada Tuhan.

Yesaya mengatakan, mereka yang hidup dalam kegelapan akan melihat terang bercahaya. Sementara pemazmur mengungkapkan, Tuhan, Dikaulah penyelamatku. Tuhan menjadi benteng dalam hidup. Untuk itu Yesus mengajak mereka yang hidup dalam kegelapan supaya bertobat. Bertobatlah karena kerajaan Allah sudah dekat. Pengalaman murid-murid pertama, meninggalkan pekerjaan mereka lalu mengikuti Yesus kemanapun Yesus membawa mereka. Dan mereka pun hidup dalam terang Allah.

Yesus adalah terang. Ia menunjukan jalan bagi orang-orang yang berada dalam kegelapan. KedatanganNya ke dunia meluruskan dan mengembalikan manusia kejalan yang benar. Sesungguhnya, sebelum kita menerima Yesus, hidup kita ibarat hidup dalam kegelapan. Kedatangan Tuhan Yesus membawa terang. Dan untuk menerima terang, orang harus bertobat. Melalui pembaptisan kita di bersihkan, kita menerima terang dan dengan di baptis kita menjadi murid-murid Tuhan yang hidup dalam terang Allah.

Ketika firman Tuhan kita imani dan amini, kita membuat tanda salib di dahi, di mulut dan di hati kita masing-masing. Dengan membuat tanda salib di dahi, kita menunjukan sikap menerima dan memahami sabda Tuhan. Kemudian dengan membuat tanda salib di bibir, mulut kita siap mewartakannya kepada orang lain supaya orang lain pun turut mendengarkan dan mengalami keselamatan dari Tuhan. Dan akhirnya kita membuat tanda salib di dada, tentu ada kaitannya dengan hati dan kasih kita. Kita mengasihi Tuhan dengan mengasihi sesama yang ada bersama kita.

Kesaksian hidup kita setiap hari mengungkapkan sesungguhnya bagaimana kita percaya dan mengimani Tuhan. Sebagai orang beriman, kita menjadi tanda kehadiran Kristus di tengah-tengah masyarakat. Nyanyian, madah dan ungkapan syukur yang kita ungkapkan dalam ibadat kita sesungguhnya menghadirkan kerajaan Allah di tengah-tengah masyarakat yang haus akan kehadiran Allah yang menyelamatkan.

Marilah kita memuji dan memuliakan Tuhan Allah kita dengan ungkapan syukur. Hari yang baru semoga menjadi berkat bagi kita semua. Selamat berhari Minggu, harinya Tuhan yang membawa berkat bagi kita semua dan semoga Tuhan memberkati kita semua dengan berkat yang melimpah.(ANM)

Tuhan, Dikaulah Penyelamatku


Di Minggu biasa II ini bacaan-bacaan liturgi mengisahkan tentang "anak domba" sebagai persembahan kepada Allah. Dalam Injil Yohanes 1:29-34 dikisahkan bagaimana ketika Yesus datang kepada Yohanes dan Yohanes berkata, Lihatlah anak domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia. Sebagai anak domba yang siap dibantai untuk persembahan, Dia tidak melawan, Dia pasrah, Dia taat kepada BapaNya. Dengan demikian, Dia menebus dosa bangsa Yahudi dan juga dosa-dosa seluruh bumi. Terdorong oleh Roh Kudus, Yohanes melihat Yesus sebagai anak domba dengan sosok pribadi yang istimewa.

Dalam perjanjian lama, bagaimana kisah Abraham yang diminta Tuhan untuk mempersembahkan Ishak anaknya sebagai korban persembahan. Ishak sempat bertanya: bapa, api dan kayu sudah siap, tetapi mana anak domba yang akan dikurbankan? Abraham menjawab: Anakku, Allah akan menyiapkannya sebagai pengganti persembahan. Dan memang betul, karena ketaatan Abraham kepada Allah, pedang yang siap dihunus kepada Ishak tidak terlaksana karena kuasa Allah dan sebagai gantinya Allah menyiapkan domba yang tertambat yang tiba-tiba muncul di semak-semak.

Dalam perjanjian lama, mereka mengurbankan darah binatang sebagai tebusan atas dosa-dosa mereka. Namun dalam perjanjian baru, bukan lagi darah binatang melainkan PutraNya yang tunggal. Begitu besar kasih Allah akan dunia ini. Allah tidak tanggung-tanggung yang rela mengorbankan anak tunggalNya untuk menebus dosa-dosa dunia. Yesus sunggung-sungguh anak Allah yang dikorbankan untuk menebus dosa-dosa kita manusia.

Paulus memberikan kesaksian pada kita bahwa Yesus adalah anak Allah. Roh Kudus memurnikan dan menyucikan kita dari dosa-dosa kita. Ketika Yesus bangkit Ia berkata kepada murid-muridNya, Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada (Yoh 20:23).

Misi Tuhan Yesus anak domba Allah tidak hanya terbatas pada orang-orang Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia. Tuhan berkata: Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hambaKu, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari padaKu sampai ke ujung bumi. Maka berbahagialah kita karena berkat baptisan, kita dikuduskan dan menjadi anak Allah.

Selamat merayakan harinya Tuhan, Tuhan memberkati kita semua.(ANM-YVDW)

Lihatlah Anak Domba Allah


Minggu ini Gereja mengundang kita merayakan baptisan Tuhan Yesus di sungai Yordan. Peristiwa dan upacara yang sangat sederhana, namun dibalik kesederhanaan pesta ini ada hal-hal yang memberikan arti yang sangat mendalam bila kita mencoba mendalaminya dengan serius dan dengan iman yang sungguh-sungguh.

Apakah Yesus yang suci harus melewati upacara ini? Itulah pertanyaan kita. Bukankah sakramen tobat dan baptisan merupakan bentuk dari pertobatan kita orang-orang berdosa untuk menyambut kedatangan-Nya kedunia ini? Yesus tidak berdosa namun Dia datang kepada Yohanes supaya di baptis.

Baik kita renungkan, dalam kitab suci, baptisan merupakan makna simbolik. Kita lihat air. Air mempunyai makna untuk menghancurkan dan sekaligus membersihkan. Tetapi juga bisa mempunyai makna yang lebih jauh lagi. Disamping itu air memberikan kehidupan baru seperti air hujan.

Kita tentunya ingat akan air bah pada zaman nabi Nuh. Air bah tersebut menghancurkan segalanya termasuk orang-orang yang tidak mendengarkan perintah Tuhan, orang-orang berdosa. Demikianlah dalam pembaptisan, kita menyadari bahwa kita di baptis, disiram dengan air baptis dengan maksud agar dosa-dosa kita akan dihapus, menjadi suci, menjadi anak-anak Allah. Dikesempatan yang sama, dengan baptisan kita diberi hidup baru,  hidup Allah.

Baptisan Yesus juga melambangkan penderitaan dan kematian-Nya yang disusul dengan kemuliaan-Nya. Ketika Yesus dibaptis, Ia ditenggelamkan kedalam air, Ia berjuang melawan penderitaan dan kematian untuk melawan dosa-dosa dan ketika keluar dari air, Ia mengantisipasi kebangkitan-Nya. Saat yang mulia ini ditandai dengan Roh Kudus dan suara dari Bapa-Nya, inilah Anak-Ku yang kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.

Kita di baptis dalam nama Allah Tritunggal. Kita di baptis sebagai bentuk tobat kita dan kita menerima rahmat sebagai anak-anak Allah. Hidup kita disucikan supaya kita sanggup menerima Yesus dalam hidup kita. Baptisan yang kita terima merupakan bentuk partisipasi kita pada baptisan Tuhan Yesus yang menderita, wafat dan dibangkitkan. Dengan di baptis kita turut ambil bagian dalam tiga tugas Yesus, menjadi imam, raja dan nabi. Kita menjadi anak yang dikasihi Bapa untuk meneruskan dan membangun kerajaan Allah di dunia.

Mari kita memaknai kembali makna baptisan kita. Kita mati dari dosa-dosa kita, menjadi manusia baru, hidup dalam kebersamaan dan keadilan di antara sesama dan hidup suci bagi kemuliaan Allah. Selamat untuk kita semua. Selamat memperbaruhi iman kita akan baptisan yang kudus ini, selamat merayakan. Selamat hari Minggu, harinya Tuhan dan Tuhan senantiasa memberkati kita semua.(ANM)

Pembaptisan Tuhan


Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan dan menjadi puncak ziarah Natal kita. Tuhan Yesus yang telah mengambil rupa manusia dengan lahir di kandang di Betlehem telah memperlihatkan keAllahanNya. Tanda pengenalannya adalah cahaya bintang di ufuk timur.

Berpatokan pada cahaya bintang tersebut, tiga raja dari timur bergegas mengikuti cahaya bintang tersebut hingga ke Betlehem tempat Sang Juru Selamat dunia di lahirkan. Dari kisah para majus yang berjuang untuk berjumpa dengan Tuhan inilah patut kita mencatat hal-hal berikut ini untuk direnungkan.

Hal pertama yang patut direnungkan adalah perjuangan untuk datang kepada Yesus dengan perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan. Walaupun harus menempuh perjalanan berhari-hari dan melelahkan, namun tidak mengendorkan niat mereka untuk berjumpa dengan Yesus. Ketiga raja tersebut terus berjuang melewati jalan yang panjang dan rintangan yang mereka dapati hingga sampai bertemu dengan Yesus. Betapa sukacitanya mereka setelah bertemu dengan Yesus, bahkan sukacita mereka lebih besar daripada penderitaan dan kelelahan mereka. Maka marilah kita sebagai pengikutNya, dalam kondisi apapun tetaplah berusaha untuk datang pada Yesus sumber sukacita dan damai.

Hal kedua yang patut kita ambil adalah sujud menyembah Dia. Salah satu maksud kedatangan para majus dari timur adalah untuk menyembah Tuhan. Itulah kerinduan mereka yang paling dalam. Namun rintangan terberat mereka adalah berhadapan dengan raja Herodes yang mempunyai niat jahat karena merasa tahta kerajaannya terancam. Motif penyembahan antara para majus dan Herodes jelas berbeda. Para majus datang menyembah dengan hati yang tulus ikhlas, sementara Herodes hendak menyembah namun dengan segala ketakutan dan kegelisahan. Hal yang dapat dipetik adalah orang yang baik akan menyembah dengan hati yang tulus ikhlas dan akan menuai sukacita, sementara orang yang jahat yang menyembah dengan tipu daya setan akan menuai kebinasaan. Jadi semoga kita dapat memilih antara menyembah Tuhan atau menyembah kedudukan dan kekuasaan.

Hal yang terakhir adalah mempersembahkan yang terbaik dalam hidup untuk Tuhan. Tiga raja dari timur mempersembahkan emas, dupa dan mur. Emas merupakan lambang Kristus sebagai raja, sedangkan dupa melambangkan penderitaan dan mur melambangkan kematian. Persembahan ini mengingatkan kita bahwa menjadi pengikut Kristus, kita juga harus mempersembahkan diri kita, kendatipun harus melewati jalan penderitaan dan kematian. Persembahan yang berkenan kepada Allah adalah hati yang menyesal dan hati yang remuk redam. Maka marilah kita pada hari penampakan Tuhan yang oleh Gereja dijadikan sebagai hari anak misioner sedunia ini, kita semakin semangat berdoa, berderma, berkurban, dan bersaksi menjadi semangat bagi seluruh Gereja. Dengan demikian, misi Gereja akan hidup dan berkembang jika semakin banyak orang yang peduli datang untuk berjuang bersama, banyak orang berperan dalam menghidupi liturgi Gereja dan berkontribusi daik tenaga dan materi sebagai persembahan berharga untuk karya misi Gereja.

Selamat merayakan hari penampakan Tuhan dan terus menyemangati hidup untuk memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Tuhan memberkati kita semua.(AB-YVDW)

Jadilah Persembahan Berharga Dihadapan Tuhan dan Sesama


Hari ini adalah hari Minggu terakhir di tahun ini. Minggu ini juga menjadi Minggu pertama setelah hari raya Natal dimana Gereja Katolik merayakannya sebagai pesta keluarga kudus: Yesus, Maria dan Yoseph. Minggu ini Gereja mengundang kita untuk merayakannya dimana keluarga kudus ini menjadi model bagi seluruh keluarga kristiani.

Dalam Injil Matius 2:13-15,19-23, mengisahkan peristiwa yang menyedihkan yang menimpa keluarga baru ini. Kecemasan akan hadirnya raja baru membuat Herodes takut akan kehilangan kekuasaannya. Maka niat jahatnya muncul dan ingin menghabisi semua anak laki-laki dibawah umur 2 tahun, termasuk Yesus. Keluarga kudus ini tidak terlepas dari situasi sulit. Lagi-lagi Yoseph mendapat penampakan dari Allah untuk secepatnya pergi bersama Maria dan bayi Yesus ke Mesir sebelum Herodes melakukan niat jahatnya. Ketaatan kepada kehendak Tuhan inilah yang telah menyelamatkan keluarga baru ini dari kejahatan Herodes.

Bagi kita umat kristiani, kemana kita akan mencari perlindungan saat kita dalam keadaan sulit? Perlindungan kita ada pada Tuhan. Dengan mencari kehendakNya, Tuhan akan menunjukan apa yang harus kita lakukan. Demikianlah setiap kali menghadapi kesulitan dan cobaan, Yoseph setia mencari kehendak Tuhan dan dia selalu mendapat pertolongan dari Tuhan pada saat yang tepat.

Di tengah-tengah zaman modern ini, kehidupan dalam keluarga tidak semudah zaman dahulu. Semakin modern semakin banyak tantangan kesulitan yang kita hadapi. Menghadapi situasi yang semakin sulit dan rumit ini, kita harus setia mencari kehendak Tuhan.

Keluarga Kudus dibangun atas dasar kasih yang mendalam. Kasih yang mendalam dan tulus mampu menjaga dan menghindari keluarga-keluarga dari kesulitan, namun bukan berarti tidak ada kesulitan. Demikianlah keluarga-keluarga kita harus kita bangun atas dasar kasih yang mendalam, saling percaya, saling menghormati dan saling mengampuni.

Salah satu perintah Allah adalah hormatilah ayah dan ibumu. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose (Kolose 3:12-21) memberi motivasi yang sangat mendalam. Dengan menghormati orang tua, kamu akan bahagia dan memiliki hidaup yang panjang di bumi. Kamu akan diberkati oleh Allah. Kamu akan memperoleh maaf, pengampunan dari Allah. Sebagai bentuk hormat kita kepada orang tua: Kenakanlah belas kasih, kemurahan dan kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran dan saling mengampuni satu sama lainnya. Lakukan seperti Tuhan lakukan sehingga kita bisa memiliki hati seperti hati Tuhan.

Selamat merayakan pesta keluarga kudus untuk semua keluarga kita. Dan tak lupa saya ucapkan selamat Natal dan Tahun Baru. Tuhan memberkati kita semua.(ANM-YVDW)

Pesta Keluarga Kudus


Beberapa hari lagi kita akan merayakan Natal. Bacaan-bacaan minggu ini (Yes. 7:10-14; Rm. 1:1-7; Mat. 1:18-24) menghantar kita untuk menyadari bahwa Tuhan Allah yang selalu mengambil inisiatif lebih dahulu untuk menyelamatkan, menebus manusia.

Dalam Yesaya 7:10-14 dengan sangat jelas menunjukan bagaimana Tuhan Allah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan bangsa Israel. Tanpa meminta pun Tuhan siap memberikan rahmatNya kepada manusia karena Ia mengasihi kita manusia. Tanpa meminta tanda Ia pun memberikan tanda bahwa seorang perempuan muda akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Siapa perempuan muda itu dan siapa anak laki-laki yang dilahirkannya itu?

Injil sebagai pemenuhan nubuat-nubuat kitab suci yang disampaikan para nabi. Perempuan muda itu adalah Maria yang sedang bertunangan dengan seorang laki-laki yang bernama Yoseph. Diluar sepengetahuan Yoseph, Maria kedapatan sedang mengandung, padahal mereka belum resmi sebagai suami istri, belum tinggal serumah. Yoseph bingung dan gelisah karena peristiwa ini membawa aib dan juga hukumannya yang berat. Dalam kegelisahan itu, diam-diam Yoseph berkeinginan untuk menceraikan Maria. Namun dalam situasi kegelisahan tersebut, Yoseph mencari kehendak Allah. Dan Allah pun memberikan solusi apa yang harus dilakukannya.

Melalui malaikat Allah, Yoseph mendapat penegasan: Yoseph jangan takut mengambil Maria sebagai istrimu, karena kandungan Maria berasal dari Roh Kudus. Anak ini yang akan membebaskan umatNya dari dosa. Ia akan menjadi besar, Raja Damai dan hal ini supaya genaplah apa yang sudah di nubuatkan oleh para nabi. Pencerahan, penegasan dan cahaya yang menerangi hati Yoseph sehingga akhirnya ia menemukan jawabannya dari Tuhan. Hatinya menjadi damai, penuh sukacita dan bahagia.

Yoseph adalah orang yang lurus hatinya. Dia mempunyai kasih yang tulus kepada Maria. Hanya mereka yang mempunyai ketulusan hati untuk mengasihi akan berusaha untuk mencari kehendak Tuhan dalam situasi sulit yang ia hadapi. Dia mencari kehendak Allah, maka Allah pun menunjukan kepadanya apa yang terbaik yang harus ia lakukan. Demikian sering dalam perjalanan hidup kita sering kita jumpai jalan buntu karena kita berhenti di tempat, kita tidak mencari jalan Tuhan.

Di masa adven IV ini, kita diajak untuk belajar dari Yoseph, bagaimana mencari kehendak Tuhan di saat-saat kita mengalami kesulitan. Sebentar lagi kita akan merayakan Natal, kelahiran Tuhan Yesus. Mari kita menyiapkan dan membersihkan hati kita. Mari kita menyambut kedatanganNya. Dengan tobat, dengan kasih kepada sesama, aksi Natal peduli sesama dengan doa untuk menyambut kedatanganNya. Selamat mempersiapkan diri secara intensif, Tuhan memberkati kita semua.(ANM)

Adven IV : Mencari Kehendak Tuhan Dalam Situasi yang Sulit


Minggu ini gereja Katolik memasuki masa adven III. Minggu adven III adalah minggu gembira atau dalam bahasa latin disebut dengan gaudete (bergembiralah). Disebut dengan minggu gaudete karena hari yang kita nantikan sudah dekat, sudah ada ditengah-tengah perjalanan dimana kita telah menyalahkan lilin yang ketiga.

Kegembiraan yang kita rayakan pada minggu ini terungkap melalui antifoni pembukaan dan bacaan-bacaan liturgi hari ini dan juga suasana liturgi hari ini dengan hiasan-hiasan yang tidak seperti biasanya pada masa-masa adven. Hal yang paling mencolok adalah warna merah muda pada jubah imam yang dipakai yang melambangkan sukacita dan kebahagiaan. Bersorak, bergembiralah karena Tuhan sudah dekat. Mari kita songsong Dia, angkatlah kepalamu.

Tuhan ingin kita supaya kita selalu bersukacita, demikianlah ajakan Yesaya dalam Yesaya 35:1-6a,10. Mengapa? Tuhan yang maha baik, yang penuh belas kasih menginginkan agar kita selalu bahagia. Semua di undang. Padang gurun yang tandus di undang bersorak-sorai, hutan yang lebat bergabunglah dan bersukacitalah, karena penantianmu sudah dekat. Tuhan sudah dekat dan sangat dekat. Angkatlah kepalamu.

Sementara dalam hidup kita setiap hari, hidup nyata di bumi ini banyak terjadi kejadian-kejadian yang memilukan, menyayat hati, perang, permusuhan, dendam kesumat, bencana, penyakit. Sebagai orang beriman yang harus berhadapan dengan situasi seperti ini, bagaimana kita menanggapinya? Jangan takut, kuatkanlah hatimu. Transformasi perubahan akan terjadi. Perubahan yang akan terjadi inilah yang akan membuat kita bergembira dan bahagia.

Perubahan apa? Dan mana buktinya? Yesaya bernubuat: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" Pada waktu itu mata orang-orang buta akan terbuka sehingga mereka dapat melihat, orang-orang tuli akan mendengar, orang lumpuh akan melompat kegirangan, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai penuh dengan kegembiraan. Tidak ada lagi keluh kesah. Yang ada hanya sukacita. Karena itu sekali lagi kukatakan: bersukacitalah.

Sementara dalam injil Matius 11:2-11memberikan apa yang dikatakan Yesus bahwa apa yang dinubuatkan oleh Yesaya kini sedang berjalan. Dan kabar gembira injil disampaikan kepada orang kecil dan lemah. Yang terkecil dalam kerajaan Allah lebih besar dari Yohanes Pembaptis.

Kerajaan Allah sudah dekat. Dekat padamu. Bagi kita yang percaya kepada Yesus, kerajaan Allah di peruntukan juga bagi kita. Kita boleh bangga bahwa kita juga besar dalam kerajaan Allah karena iman kita kepada Dia yang datang menyelamatkan.

Kesabaran yang dinasehatkan oleh rasul Yakobus dalam Yakobus 5:7-10 mengajak kita untuk terus menerus bertumbuh dalam masa-masa penantian ini. Tuhan datang dengan berbagai cara dan dalam berbagai situasi. Bersabarlah seperti seorang petani, setelah menyemai dia bersabar sampai berbunga dan berbuah. Saat panen adalah saat bergembira melalui penantian dengan penuh kesabaran. Teguhkanlah hati sambil selalu setia dan berdoa. Jangan bersungut-sungut dan jangan saling melukai. Hiduplah dalam pengharapan kasih dan iman. Bila kita bertekun dalam situasi apapun yang menimpa kita, buahnya adalah sukacita dan damai sejahtera. Natal adalah pesta damai, pesta sukacita karena kita berjumpa dengan Dia yang kita nanti-nantikan.

Selamat menyambut kedatangan Tuhan dengan pertobatan, selamat hari Minggu. Tuhan memberkati kita semua.(ANM)

Adven III : Bersukacitalah karena Tuhan Sudah Dekat


Masa adven merupakan masa yang khusus gereja siapkan bagi kita sebagai umat kristiani agar kita semakin bertumbuh dalam pengharapan, kasih iman, kegembiraan yang membawa damai dalam hidup kita. Selama empat minggu masa adven ini, bacaan-bacaan kitab suci menghatar kita dalam permenungan kita untuk pertumbuhan itu.

Di minggu kedua masa adven ini, ajakan pertobatan yang berbuah dalam kasih. Dalam Injil Matius 3:1-12, tokoh Yohanes Pembaptis diutus untuk mempersiapkan bangsa Israel untuk menyambut kedatangan Tuhan. Banyak orang Yahudi juga kaum farisi dan Saduki datang kepada Yohanes untuk di baptis. Yohanes mengajak mereka untuk menghasilkan pertobatan yang berbuah dalam kasih mereka kepada Tuhan dan sesama yang harus terungkap nyata dalam hidup mereka.

Allah sebagai hakim yang adil akan mengadili orang lemah dengan adil. Dia mengadili bangsa-bangsa. Bangsa-bangsa yang menindas mereka akan mendapatkan hukuman dari Tuhan. Ungkapan kapak sudah tersedia untuk menebang akar pohon. Yohanes berkata, bila kalian tidak menghasilkan buah yang baik dan pertobatan kalian, kalian akan ditebang, dibakar lalu dibuang. Yohanes lanjut berkata, saya membaptis kalian dengan air, tetapi Dia yang akan datang akan membaptis kalian dengan Roh Kudus dan dengan api. Dia begitu agung dan istimewa yang akan membersihkan kalian.

Hal ini sudah di kisahkan dalam Yesaya 11:1-10. Yesaya mengatakan bahwa kedatangan mesias yang datang untuk mengadili. Roh Tuhan ada padaNya, Roh hikmat, Roh pengertian, Roh nasehat. Dia akan mengadili dengan jujur dan dengan adil. Akan terjadi damai diantara segala bangsa. Orang akan hidup saling berdampingan dan saling mengasihi karena hikmat Allah ada dalam diri mereka. Seluruh bumi penuh akan pengenalan Allah dan takut akan Allah. Inilah menjadi alasan bangsa-bangsa berduyun-duyun datang ke Yerusalem untuk memuji dan memuliakan Allah.

Bukankah kita juga bagian dari orang-orang yang mencari Allah? Tuhan akan datang, Dia sudah dekat. Inilah yang selalu di dengungkan dan diwartakan sepanjang masa-masa adven. Angkatlah kepalamu, penyelamatmu sudah dekat. Dalam Roma 15:4-9, Paulus menasihati jemaat di Roma untuk satu hati, satu suara untuk memuliakan Allah. Dialah Kristus keselamatan kita. Dialah sumber penghiburan dan ketekunan kita. Kita menyiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan yang sudah dekat.

Marilah kita berusaha menjalankan masa-masa ini dengan pertobatan, pengakuan dosa, doa dan terutama hidup dalam kasih persaudaraan, bersatu dengan rukun. Tuhan datang menyelamatkan kita. Bila kita membuka hati kita, percayalah kita akan diselamatkan.

Selamat mempersiapkan diri, selamat berhari Minggu dan semoga Allah sumber ketekunan dan penghiburan mengaruniakan kerukunan bagi kita semua dan semoga berkat Allah beserta kita.(ANM)

Adven II : Kasih Sebagai Buah Pertobatan


Minggu ini kita memasuki tahun liturgi baru dan menjadi hari pertama masa adven, dimana menjadi masa penantian untuk menyambut Kristus yang datang di tengah-tengah kita.

Masa adven adalah masa khusus dimana secara khusus dan istimewa kita diberi waktu untuk mempersiapkan diri dengan segala bentuk latihan rohani supaya kita siap menyambut dengan kedatangan-Nya. Masa adven diwarnai dengan liturgi warna ungu sebagai bentuk pengharapan dan tobat. Dalam masa-masa adven ini, bacaan-bacaan liturgi yang akan kita dengarkan atau yang kita baca akan menjadi penuntun kita untuk memasuki saat-saat pertobatan kita.

Di hari pertama masa adven ini, Yesaya 2:1-5 menubuatkan bagaimana bangsa-bangsa akan datang ke Yerusalem rumah tempat tinggal Allah. Apa yang mereka cari? Mereka mencari hikmat Allah, mereka mencari jalan-jalan Tuhan. Di Yerusalemlah akan keluar pengajaran-pengajaran. Tuhan yang akan menjadi hakim yang mengadili seluruh bangsa. Akan ada pertobatan yang luar biasa. Mereka akan mengubah pedang-pedang mereka menjadi alat-alat bajak untuk mengolah ladang-ladang mereka, menjadi hal yang berguna. Tidak akan terjadi peperangan. Mereka akan hidup dengan damai. Itulah hari Tuhan yang membawa damai sukacita. Untuk itulah mereka datang ke Yerusalen.

Paulus dalam Roma 13:11-14a menegaskan bahwa keselamatan Allah sudah dekat. Sudah sangat dekat, seperti malam yang sudah lewat dan sebentar lagi fajar akan tiba. Maka Paulus menasihati jemaatnya untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan senjata terang. Hiduplah dalam damai.

Dalam Injil Matius 24:37-44 mengambarkan bagaimana hari kedatangan Tuhan. Sama seperti nabi Nuh. Orang hidup sewenang-wenang, seperti tidak ada Tuhan. Mereka tidak menyadari akan datangnya air bah yang akan menghancurkan hidup mereka. Mereka hidup berfoya-foya. Hanya Nuh dan keluarga dan ternaknya yang selamat karena mereka percaya akan Tuhan. Mereka mendengarkan Tuhan dan mereka melaksanakan apa yang Tuhan perintahkan kepadanya.

Masa adven adalah saat kedatangan Tuhan yang mengadili dan yang membawa damai. Apa yang harus kita lakukan untuk menyambut kedatangan-Nya? Kita diajak untuk berjaga-jaga dan bersiap siaga. Kita tidak tahu kapan persisnya Tuhan datang. Disaat kita lengah? Atau mungkin disaat kita terlelap? Jangan lengah karena Ia datang seperti pencuri yang datang di tengah-tengah kita sedang tertidur lelap. Rumah kita di bongkar dan setelah mereka menghabisi harta kita, barulah kita bangun. Sudah terlambat.

Marilah kita berjaga bersama-sama, saling mengingatkan, saling mendoakan, saling memperhatikan demi keselamatan kita bersama. Tuhan datang saat tidak terpikirkan oleh kita. Marilah kita mengenakan senjata kebaikan, senjata kasih. Semoga masa-masa adven ini kita selalu menyadari kehadiran Tuhan sehingga kita tidak lengah. Selamat memasuki masa adven, selamat berjaga-jaga dengan setia dengan doa dan tobat. Tuhan memberkati kita semua.(ANM)

Adven I : Berjaga-jagalah dan Siap Siagalah


Sebelum mengakhiri kalender liturgi tahun ini, Gereja mengundang kita untuk merenungkan tentang akhir zaman (eskatolgi), dimana Yesus berbicara tentang kehancuran rumah ibadat Yerusalem. Hal ini sangat nampak melalui bacaan-bacaan liturgi di Minggu biasa ke-33 ini. Bacaan dari Maleakhi 4:1-2a mengumumkan tentang akhir zaman. Seperti ap? Hari Tuhan akan datang seperti perapian. Mengerikan dan menakutkan. Yang gegabah, yang berbuat fasik, yang berbuat dosa, yang tidak berbelaskasih terhadap sesamanya akan seperti jerami, akan dibakar sehingga yang tersisa hanyalah debu. Tuhan bersabda: akar dan cabang tidak ada yang tersisa. Tetapi yang takut akan Tuhan akan diselamatkan. Allah murka. Dies Irae. Hari itu sungguh mengerikan dan menakutkan.

Hari itu adalah hari pengadilan Tuhan bagi orang-orang yang angkuh dan sombong. Namun bagi yang takut akan Tuhan, matahari akan terbit bagi mereka. Bagi orang benar itulah hari penyelamat Tuhan. Dalam Injil Lukas 21:5-19 kita mendengarkan Yesus dan murid-muridNya ketika mendekati bait suci. Mereka semua kagum akan keindahan bait suci yang dibangun oleh raja Herodes. Disaat mereka mengagumi keindahan bait Allah ini Yesus berkata kepada mereka: Bait Allah ini akan hancur berantakan. Inilah hukuman Allah bagi orang-orang Yahudi yang bebal hatinya, yang keras hatinya, yang tidak percaya akan Allah. Allah murka dan oleh karena itu, bait Allah itu akan tinggal puing-puingnya saja. Yeremia juga sebelumnya telang menubuatkan tentang kehancuran bait Allah ini karena mereka tidak mendengarkan wejangan Allah yang disampaikan lewat para nabi.

Yesus sebagai Yeremia yang baru menubuatkan hal yang sama, bagaimana bait Allah ini akan hancur berkeping-keping karena kebebalan bangsa Yahudi terhadap Allah. Para murid bertanya kepada Yesus. Tuhan kapan akan terjadi? Yesus tidak memberikan jawanan kapan itu terjadi, tetapi Ia mengingatkan para muridNya untuk tetap waspada. Waspadalah kalian. Jangan sampai kamu disesatkan orang. Dalam situasi seperti banyak orang akan datang mengatasnamakan Aku dan mengatakan akan kiamat. Akulah mesias. Jangan percaya. Jangan ikuti mereka. Bahwa akan ada peperangan yang besar, bangsa satu melawan bangsa yang lain. Akan ada gempa bumi yang dasyat, tsunami, kelaparan. Kamu akan di tangkap dan dipenjarakan, dimusuhi banyak orang bahkan oleh saudaramu sendiri. Jangan takut hanya Yesus yang menyelamatkan kita. Teguhkanlah iman kalian. Justru inilah menjadi kesempatan bagi kalian memberikan kesaksian tentang imanmu. Semuanya akan habis dan hancur namun firman Allah tidak akan hancur, Dia akan tetap hidup. Mengerikan sekali dan sangat menakutkan. Namun bila kita berusaha hidup baik, maka tidak berlu ada yang ditakuti.

Semoga firman Tuhan ini tetap hidup dan memberikan kepada kita harapan dan iman yang hidup bagi keselamatan jiwa kita. Selamat merenungkan dan menghayatinya, Tuhan ada bersama kita, Tuhan tidak pernah akan meninggalkan kita bila kita setia kepadaNya. Selamat berhari Minggu, Tuhan memberkati kita semua.(ANM)

Akhir Zaman


Dengan memasuki minggu XXXII berarti Gereja Katolik sudah mendekati tahun liturgi yang baru. Minggu yang lalu Gereja berbicara tentang kematian dan kini di minggu ini Gereja berbicara tentang kebangkitan orang mati. Sehingga di minggu-minggu berikutnya kita di ajak untuk siap siaga menantikan datangnya hari panggilan Tuhan dan selanjutnya semua persiapan-persiapan di masa adven, masa penantian, mengarahkan kita untuk masa yang jaya yakni kedatangan Tuhan Yesus (Natal) dan kebangkitan kita.

Persoalan kebangkitan pada abad-abad yang lampau bagi bangsa Ibrani dan juga bangsa-bangsa tetangga, mereka tidak percaya akan adanya kebangkitan orang-orang mati. Setelah kematian, mereka akan masuk sheoul yaitu hidup dalam kesedihan dan keterpisahan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, mereka mulai percaya. Misalnya dalam mazmur 16:10 yang mengungkapkan bahwa Tuhan tidak akan membuat ataupun meninggalkan sahabatnya dalam kehancuran. Mereka mulai mempunyai harapan bahwa untuk memiliki hidup secara penuh dengan Tuhan, manusia harus dibangkitkan dengan seluruh tubuhnya. Pengharapan ini mulai tumbuh sedikit demi sedikit pada mereka.

Dalam 2Makabe 7:1-2,9-14, dikisahkan tentang kesaksian tujuh bersaudara bersama ibu mereka. Mereka dipaksa mengikuti agama raja Antiochus, mereka di paksa untuk makan makanan yang haram. Mereka kemudian menentang dan tidak mau memakannya. Meskipun mereka disiksa, dicambuki, dikuliti, mereka semua sepakat mengatakan, lebih terhormat kami mati dari pada melanggar hukum Tuhan. Kami percaya apa yang hilang ini, Tuhan akan mengembalikannya kepada kami, Tuhan akan membangkitkan kami. Penderitaan yang kejam ini semakin menumbuhkan keyakinan mereka bahwa setelah kematian ini ada kebangkitan.

Injil  Lukas 20:27-38 meneguhkan kisah in ketika orang-orang Saduki datang kepada Yesus dengan persoalan yang mereka bawa kepada Yesus. Yesus memberikan jawaban: mereka yang hidup setelah kematian, mereka hidup seperti malaikat. Tidak ada kawin dan mengawinkan. Tidak ada lagi hubungan seksual, yang ada mereka hidup saling mengasihi.

Santo Paulus dalam  2Tesalonika 2:16 - 3:5 menegaskan lagi bahwa hidup ilahi ini harus sudah kita jalani sejak ada di dunia ini, saat ini, sekarang ini. Karena itu santo Paulus mengajak kita untuk memulainya di dunia ini yakni sudah menjalani hidup kasih, damai, adil dan saling membantu satu sama lain. Bagaimana hidup kita di dunia ini, itulah yang nanti kita nikmati di alam sana bersama Kristus. Itulah makna kebangkitan kita.

Selamat mempersiapkan diri, merenungkan dan menghayati. Semoga kita semakin dapat mengerti makna kebangkitan yang sesungguhnya. Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati kita semua.(ANM)

Menghayati Makna Kebangkitan Orang Mati


Dalam Injil Lukas 18:9-14 di Minggu biasa ke-30 ini, Yesus memberikan lagi pengajaran tentang berdoa dengan memberikan perumpamaan bagaimana orang farisi berdoa dan bagaimana pemungut cukai jika dia sedang berdoa. Sesuatu yang kontras terjadi.

Orang farisi dalam doanya menyampaikan apa yang telah mereka lakukan dan juga membandingkan dirinya dengan orang lain yang tidak seperti dirinya. Sementara itu, pemungut cukai hanya menundukan kepalanya, menepuk dadanya dan hanya mengatakan kasihanilah aku orang berdosa. Di akhir perumpamaan itu Yesus berkat: Doa pemungut cukai itu didengarkan Tuhan. Selanjutnya Yesus berkata: Orang yang meninggikan diri akan direndahkan dan yang merendahkan diri akan ditinggikan.

Bila kita ingin doa kita didengarkan kita harus menjadi orang yang berbelaskasih, penuh kebaikan dan pengertian kepada orang lain. Menyadari diri sebagai orang berdosa dan mohon belaskasihan Allah. Tuhan pasti mendengarkan doa kita. Sebaliknya orang yang sombong yang menganggap dirinya sempurna, apalagi membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, maka rahmat Allah tertutup baginya.

Dalam Sirakh 35:12-14,16-18 kita mendengarkan ungkapan doa orang miskin menembusi awan, dan kita akan menemukan jawabannya dalam Mazmur bahwa Tuhan mendengarkan doa orang beriman. Pesannya bagi kita adalah kita harus berdoa dengan sikap yang rendah hati dan percaya serta kita harus mampu memaafkan orang yang bersalah kepada kita.

Paulus dalam 2Timotius 4:6-8,16-18 mengungkapkan keyakinannya kepada Tuhan dengan berkata; Darahku sudah kucurahkan sebagai persembahan. Kematianku sudah dekat, aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik. Aku sudah mencapai akhir dan aku memelihara imanku. Aku telah mendapatkan mahkota kehidupan. Paulus meski dipenjara dia yakin Tuhan akan membebaskannya dan betul Tuhan membebaskannya dari penjara. Ketika aku di pengadilan tak seorangpun yang membela aku, aku tahu Tuhan yang membelaku. Yesus selalu mengajarkan kita untuk tak henti-hentinya berdoa. Berdoalah dengan rendah hati dan penuh iman disertai dengan kesediaan untuk selalu memaafkan, sehingga aliran rahmat Allah akan mengalir.

Selamat berhari Minggu, banyaklah berdoa dan tekunlah selalu berdoa karena Tuhan tidak akan mengulur-ulur waktu untuk menjawab doa-doa kita. Semoga kita senantiasa diberkati oleh berkat Allah yang maha kuasa.(ANM)

Syarat Dalam Berdoa


Kadang-kadang kita merasa capek berdoa terutama saat-saat kita merasa Tuhan tidak mendengarkan doa-doa kita. Melalui bacaan-bacaan suci di hari Minggu biasa ke-29 ini, kita diundang dan di ajak oleh Tuhan Yesus untuk setia berdoa dan tentu saja doa orang beriman di dengarkan Tuhan.

Melalui perumpamaan dalam Injil Lukas 18:1-8, yang menceritakan seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan siapapun dan hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Kemudian ada seorang janda miskin yang meminta bantuannya menyelesaikan perkaranya dengan adil. Karena janda ini terus menerus datang meminta bantuannya dan mengganggunya, hakim inipun akhirnya luluh hatinya dan mengabulkan permohnannya dan iapun dimenangkan dalam perkaranya.

Yesus melalui perumpamaan ini mau mengajarkan kepada kita; lihat hakim yang tidak takut kepada Tuhan, karena dimintai terus menerus tergugah hatinya untuk membantu menyelesaikan perkara janda ini, apalagi Tuhan Bapa kita yang begitu baik, murah hati yang penuh belas kasih kepada kita. Dia akan selalu membantu kita anak-anakNya yang meminta belas kasih. Apalagi anak-anakNya yang percaya, yang melakukan kehendakNya, yang senantiasa berdoa, pasti Dia akan membantunya. Tuhan tidak akan mengulur-ulur waktu untuk menolong kita. Dia akan menolong kita.

Persoalan dan pertanyaan kita adalah kita sering mengharapkan apa yang kita minta saat itu, harus pula terpenuhi saat itu juga. Tuhan bukanlah mesin yang bisa sesegera mungkin langsung memenuhi apa yang kita minta kepadaNya. Tuhan menyayangi kita seperti seorang bapa yang menyayangi anaknya. Tuhan tidak ingin bahwa dengan pemberianNya, kita akan celaka. Tuhan menjawab doa kita pada saat yang tepat. Tuhan ingin kasih yang berlimpah untuk membangun persaudaraan di antara kita secara sempurna. Karena itu janganlah pernah putus asa. Berdoalah senantiasa dengan tak hentinya. Mohonlah terus menerus dengan setia. Doa yang terus menerus adalah sarana untuk membangun relasi pribadi dengan Dia dan juga diantara kita sesama umat manusia.

Musa dalam Keluaran 17:8-13 senantiasa berdoa bagi bangsa Israel, karena itu Israel memenangkan pertempuran melawan bangsa Amalek. Kalaupun Musa capek mengangkat tangannya, Harun membantunya supaya tangannya selalu terangkat. Musa terus menerus berdoa bagi kemenangan bangsa Israel. Sungguh doa merupakan ungkapan iman kita. Yang tidak percaya tentu tidak bisa berdoa dengan setia. Bukankah iman adalah dasar dari doa kita? Paulus dalam 2Timoteus 3:14 - 4:2 menegaskan pentingnya iman dalam doa.

Mari kita bertumbuh senantiasa dalam iman kita kepada Yesus melalui firmanNya dan melalui aktifitas rohani yang kita jalankan setiap hari. Selamat hari Minggu dan semoga berkat Allah senantiasa menyertai kita dalam perjuangan hidup setiap hari.(ANM)

Berdoalah Senantiasa


Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita untuk senantiasa bersyukur kepada Tuhan karena Ia telah menyelamatkan kita dari perbudakan dosa. Mengapa kita bersyukur kepada Tuhan? Dalam Injil (Luk. 17:11-19) melalui perumpamaan tentang sepuluh orang kusta yang disembuhkan, hanya seorang yang kembali untuk berterimakasih kepada Yesus, padahal ada sepuluh orang yang disembuhkan. Dimana sembilan orang lainnya? Sementara yang datang bersembah sujud pada Yesus adalah orang Samaria yang dimata orang Yahudi di anggap sebagai orang kafir, orang berdosa, orang yang tidak pantas di sembuhkan.

Dalam kitab suci orang kusta tidak boleh tinggal di kampung bersama penduduk lainnya. Mereka harus hidup jauh dari kampung. Mereka tidak boleh di pandang dan memandang orang lain. Mereka tidak boleh di sentuh apalagi menyentuh orang lain. Secara fisik mereka sudah sangat menderita karena penyakit yang mereka derita. Bila berjumpa dengan orang, mereka harus berteriak dengan keras: najis, najis, jangan mendekat, bahaya Secara sosial mereka disingkirkan dari masyarakat.

Ketika melihat Yesus lewat, mereka tidak berteriak najis, malah mereka berteriak minta tolong. Yesus, Guru, kasihanilah kami! Yesus lalu memandang mereka dengan penuh belas kasih dan perhatian kepada mereka. Malah Yesus berkata: Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam. Sementara dalam perjalanan, mereka menjadi sembuh. Seorang dari mereka yang menyadari dirinya telah sembuh dari penyakit yang dianggap penyakit terkutuk tersebut kembali kepada Yesus. Ia kembali dan bersembah sujud di hadapan Yesus, memuliakan Tuhan sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Tuhan.

Ini adalah sebuah contoh orang beriman. Orang beriman adalah orang yang tahu berterimakasih. Tahu bersyukur adalah hal yang sangat penting dan mendasar dalam kehidupan kita sebagai orang kristiani. Tanpa iman kita kita mampu mengasihi, tidak memiliki pengharapan dan tidak percaya akan firman Allah. Karena itu bersyukur adalah kewajiban yang harus kita ungkapkan kepada Tuhan yang telah menyelamatkan kita. Ungkapan syukur yang kita lakukan, kita nyatakan dalam kehadiran kita setiap hari atau setiap minggu dengan merayakan ekaristi.

Dalam hal ini mengapa kita harus pergi ke Gereja? Ke Gereja adalah merupakan suatu kewajiban bagi kita karena ini merupakan ungkapan syukur kita. Santo Paulus kepada umat di Tesalonika menuliskan: Bersyukurlah senantiasa dalam situasi apapun yang kamu alami. Inilah yang dinantikan Tuhan dari kamu dalam Yesus Kristus Tuhan. Artinya juga dalam kesulitan-kesulitan yang kita hadapi, kita di ajak senantiasa juga mensyukurinya. Bukankah dalam kesulitan juga ada rencana yang indah yang Tuhan ingin tunjukan kepada kita.

Paulus menderita karena mengajarkan Warta Gembira. Meskipun demikian, dia senantiasa bersyukur kepada Tuhan. Karena jika kita bertekun dalan kesulitan, kitapun akan ikut memerintah dengan Kristus. Selamat mensyukuri anugerah Tuhan, selamat hari Minggu. Tuhan memberkati kita semua.(ANM)

Besyukurlah Senantiasa


Pada Minggu biasa ke-27 ini bacaan-bacaan kitab suci kali ini mau menggambarkan tentang bagaimana sikap yang benar seorang hamba kepada Tuhan. Dalam Injil Lukas (17:5-10) Yesus berbicara tentang iman kepada murid-muridNya yang memohon supaya iman mereka ditambahkan. Namun Yesus kemudian mengajarkan kepada mereka tentang sikap yang benar seorang hamba di hadapan Tuhan.

Murid-murid memohon kepada Tuhan Yesus supaya iman mereka di tambahkan. Permohonan yang amat baik ini cukup mengejutkan. Karena biasanya seseorang meminta iman lebih kalau ia sedang menghadapi tantangan atau kesusahan besar. Orang tahu bahwa dengan kekuatannya sendiri, ia pasti tidak mampu tetap setia kepada Tuhan ketika menhadapi situasi itu. Tetapi dalam cerita ini, tidak dikatakan mengapa murid-muridNya memohon supaya iman mereka di tambahkan. Apakah Yesus langsung mengabulkannya? Tidak. Yesus malah berbicara tentang kehebatan iman. Iman sekecil apapun bisa memindahkan pohon ara bahkan gunung sekalipun Iman membuat hal yang tak mungkin menjadi mungkin.

Yesus lalu memberikan kritik terhadap suatu sikap yang tidak benar. Sikap itu adalah sikap menuntut balasan atau ganjaran dari Tuhan. Yesus mengkritik sikap itu dengan memberi perbandingan dari hubungan seorang hamba dengan tuannya. Apakah seorang hamba yang baru pulang dari ladang atau menggembalakan ternaknya langsung di persilahkan makan? Tidak. Tuannya pasti akan menyuruhnya untuk mempersiapkan makan bagi tuannya, setelah tuannya habis makan, barulah dia boleh makan. Apakah tuannya kemudian mengucapkan terimakasih kepadanya setelah hambanya melakukan tugasnya? Lagi-lagi tidak. Bukankah itu sudah seharusnya dia lakukan karena dia adalah seorang hamba?

Disinilah persoalannya. Banyak orang yang mengharapkan ganjaran dari Tuhan setelah ia melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Para murid Yesus tidak boleh demikian. Janganlah mereka menanti Tuhan memuji atau berterimakasih kepada mereka karena telah melakukan tugas kerasulannya. Dereka seharusnya dengan rendah hati mengatakan, "kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna...kami hanyalah melakukan apa yang harus kami lakukan." Inilah semangat kerasulan yang harus dimiliki oleh para murid. Para murid sebaiknya melakukan tugas mereka karena terdorong atas rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan, bukan karena ingin mendapat pujian.

Injil hari ini mendorong kita, para pelayan firman pada semangat pelayanan yang besar, semangat sebagai hamba-hamba yang tak berguna yang tidak menantikan pujian, atau jengkel ketika tak ada ucapan terimakasih dari umat. Memang sulit sekali bagi kita untuk menerima semua umat sebagai "tuan" yang harus di layani. Tidak ada seorangpun yang mau menjadi hamba, tetapi banyak yang ingin jadi tuan. Kalau dalam diri kita muncul hal seperti itu, maka kita patut waspada. Kita perlu memohon kepada Tuhan: "Tuhan, tambahkanlah iman kami."

Selamat merayakan ekaristi dan selamat berhari Minggu. Tuhan memberkati kita semua.(FMD-YVDW)

Sikap Yang Baik Seorang Hamba