Halaman

    Social Items


Dengan memasuki minggu XXXII berarti Gereja Katolik sudah mendekati tahun liturgi yang baru. Minggu yang lalu Gereja berbicara tentang kematian dan kini di minggu ini Gereja berbicara tentang kebangkitan orang mati. Sehingga di minggu-minggu berikutnya kita di ajak untuk siap siaga menantikan datangnya hari panggilan Tuhan dan selanjutnya semua persiapan-persiapan di masa adven, masa penantian, mengarahkan kita untuk masa yang jaya yakni kedatangan Tuhan Yesus (Natal) dan kebangkitan kita.

Persoalan kebangkitan pada abad-abad yang lampau bagi bangsa Ibrani dan juga bangsa-bangsa tetangga, mereka tidak percaya akan adanya kebangkitan orang-orang mati. Setelah kematian, mereka akan masuk sheoul yaitu hidup dalam kesedihan dan keterpisahan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, mereka mulai percaya. Misalnya dalam mazmur 16:10 yang mengungkapkan bahwa Tuhan tidak akan membuat ataupun meninggalkan sahabatnya dalam kehancuran. Mereka mulai mempunyai harapan bahwa untuk memiliki hidup secara penuh dengan Tuhan, manusia harus dibangkitkan dengan seluruh tubuhnya. Pengharapan ini mulai tumbuh sedikit demi sedikit pada mereka.

Dalam 2Makabe 7:1-2,9-14, dikisahkan tentang kesaksian tujuh bersaudara bersama ibu mereka. Mereka dipaksa mengikuti agama raja Antiochus, mereka di paksa untuk makan makanan yang haram. Mereka kemudian menentang dan tidak mau memakannya. Meskipun mereka disiksa, dicambuki, dikuliti, mereka semua sepakat mengatakan, lebih terhormat kami mati dari pada melanggar hukum Tuhan. Kami percaya apa yang hilang ini, Tuhan akan mengembalikannya kepada kami, Tuhan akan membangkitkan kami. Penderitaan yang kejam ini semakin menumbuhkan keyakinan mereka bahwa setelah kematian ini ada kebangkitan.

Injil  Lukas 20:27-38 meneguhkan kisah in ketika orang-orang Saduki datang kepada Yesus dengan persoalan yang mereka bawa kepada Yesus. Yesus memberikan jawaban: mereka yang hidup setelah kematian, mereka hidup seperti malaikat. Tidak ada kawin dan mengawinkan. Tidak ada lagi hubungan seksual, yang ada mereka hidup saling mengasihi.

Santo Paulus dalam  2Tesalonika 2:16 - 3:5 menegaskan lagi bahwa hidup ilahi ini harus sudah kita jalani sejak ada di dunia ini, saat ini, sekarang ini. Karena itu santo Paulus mengajak kita untuk memulainya di dunia ini yakni sudah menjalani hidup kasih, damai, adil dan saling membantu satu sama lain. Bagaimana hidup kita di dunia ini, itulah yang nanti kita nikmati di alam sana bersama Kristus. Itulah makna kebangkitan kita.

Selamat mempersiapkan diri, merenungkan dan menghayati. Semoga kita semakin dapat mengerti makna kebangkitan yang sesungguhnya. Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati kita semua.(ANM)

Menghayati Makna Kebangkitan Orang Mati


Dengan memasuki minggu XXXII berarti Gereja Katolik sudah mendekati tahun liturgi yang baru. Minggu yang lalu Gereja berbicara tentang kematian dan kini di minggu ini Gereja berbicara tentang kebangkitan orang mati. Sehingga di minggu-minggu berikutnya kita di ajak untuk siap siaga menantikan datangnya hari panggilan Tuhan dan selanjutnya semua persiapan-persiapan di masa adven, masa penantian, mengarahkan kita untuk masa yang jaya yakni kedatangan Tuhan Yesus (Natal) dan kebangkitan kita.

Persoalan kebangkitan pada abad-abad yang lampau bagi bangsa Ibrani dan juga bangsa-bangsa tetangga, mereka tidak percaya akan adanya kebangkitan orang-orang mati. Setelah kematian, mereka akan masuk sheoul yaitu hidup dalam kesedihan dan keterpisahan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, mereka mulai percaya. Misalnya dalam mazmur 16:10 yang mengungkapkan bahwa Tuhan tidak akan membuat ataupun meninggalkan sahabatnya dalam kehancuran. Mereka mulai mempunyai harapan bahwa untuk memiliki hidup secara penuh dengan Tuhan, manusia harus dibangkitkan dengan seluruh tubuhnya. Pengharapan ini mulai tumbuh sedikit demi sedikit pada mereka.

Dalam 2Makabe 7:1-2,9-14, dikisahkan tentang kesaksian tujuh bersaudara bersama ibu mereka. Mereka dipaksa mengikuti agama raja Antiochus, mereka di paksa untuk makan makanan yang haram. Mereka kemudian menentang dan tidak mau memakannya. Meskipun mereka disiksa, dicambuki, dikuliti, mereka semua sepakat mengatakan, lebih terhormat kami mati dari pada melanggar hukum Tuhan. Kami percaya apa yang hilang ini, Tuhan akan mengembalikannya kepada kami, Tuhan akan membangkitkan kami. Penderitaan yang kejam ini semakin menumbuhkan keyakinan mereka bahwa setelah kematian ini ada kebangkitan.

Injil  Lukas 20:27-38 meneguhkan kisah in ketika orang-orang Saduki datang kepada Yesus dengan persoalan yang mereka bawa kepada Yesus. Yesus memberikan jawaban: mereka yang hidup setelah kematian, mereka hidup seperti malaikat. Tidak ada kawin dan mengawinkan. Tidak ada lagi hubungan seksual, yang ada mereka hidup saling mengasihi.

Santo Paulus dalam  2Tesalonika 2:16 - 3:5 menegaskan lagi bahwa hidup ilahi ini harus sudah kita jalani sejak ada di dunia ini, saat ini, sekarang ini. Karena itu santo Paulus mengajak kita untuk memulainya di dunia ini yakni sudah menjalani hidup kasih, damai, adil dan saling membantu satu sama lain. Bagaimana hidup kita di dunia ini, itulah yang nanti kita nikmati di alam sana bersama Kristus. Itulah makna kebangkitan kita.

Selamat mempersiapkan diri, merenungkan dan menghayati. Semoga kita semakin dapat mengerti makna kebangkitan yang sesungguhnya. Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati kita semua.(ANM)
Comments
0 Comments

No comments