Apa yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam nubuat Yesaya (35:4-7a) terpenuhi dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam diri Yesus. Telinga orang tuli mendengar dan mulut orang bisu bersorak gembira (Markus 7:31-37). Yesus menyembuhkan seorang yang bisu dan tuli. Orang bisu tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain. Dia tidak dapat mendengar juga sehingga tidak dapat memberikan jawaban jika ada orang bertanya. Yesus kemudian meletakan tanganNya diatas orang bisu tuli itu, Yesus juga memasukan jari ke telinga orang itu, kemudian meludah lalu meraba lidah orang itu. Yesus menengadah ke langit lalu berkata: "Effata," dan seketika itu sembuhlah orang bisu tuli itu.
Dengan cara dan tanda-tanda yang dibuat Yesus sangat nampak kemanusiaan Yesus. Kita diajak melalui peristiwa ini memahami inkarnasi Tuhan Yesus. Dia sungguh-sungguh manusia. Sebagai Allah Dia bisa saja secara langsung dengan berkata sembuh, maka orang bisu tuli itu langsung sembuh.
Proses dan tahap-tahap penyembuhan yang Yesus lakukan ada kaitannya dengan sakramen pembaptisan. Pada baptisan bayi ada upacara "Effata" dimana imam menyentuh telinga dan mulut si bayi dengan harapan bahwa si bayi dapat mendengar firman Tuhan dan mulutnya terbuka untuk bisa berkata, untuk bisa mewartakan firman Tuhan.
Melalui baptisan kita disembuhkan dari bisu tuli, ia memberi kemampuan kepada kita untuk berbicara dengan Allah (doa) dan kepada Allah, (pujian, nyanyian dan syukur). Dengan baptisan kita digabungkan dengan komunitas umat Allah (Gereja) seperti orang bisu tuli setelah disembuhkan oelh Yesus, dia digabungkan dengan komunitas, masyarakat dan umat Yahudi. Dengan baptisan yang kita terima, kita dipilih dan dikuduskan Allah. Inilah buah dan rahmat baptisan bagi kita.
Sebagai orang yang telah dikuduskan, kita pun diajak untuk berbagi. Yakobus menasehati: kalian dipilih oleh Allah, karena itu janganlah kalian amalkan iman kalian dengan memandang muka. Jangan membuat perbedaan di dalam hatimu. Orang yang kurang imannya membuat perbedaan kepada yang kaya dan yang miskin. Bukankah Tuhan mengasihi kita semua tanpa membuat suatu perbedaan? Kita menikmati hujan dan sinar matahari dalam skala yang sama. Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi ahli waris kerajaan? Kita yang miskin mendapat perhatian lebih, maka kita juga diajak untuk memberi perhatian lebih pada saudara-saudari kita yang lainnya terutama yang miskin.
Semoga firman Tuhan ini menggerakkan hati kita dan berupaya merubah hati kita untuk memberi perhatian pada orang lain. Semoga hati Yesus hidup dalam hati setiap orang. Selamat berhari Minggu, Tuhan memberkati kita semua.(ANM)