Seorang ahli kita bertanya kepada Yesus, manakah hukum yang utama? Sebagai seorang ahli kitab seharusnya dia tahu, karena tiap hari membaca dan bergulat dengan kitab suci. Bagi kita tentu pertanyaan ini penting untuk mengetahui mana yang harus kita ikuti dengan perhatian yang khusus sehingga kita bisa berada di jalan yang benar.
Pertanyaan ini bagi ahli kitab dan kita saat ini tentu merupakan pertanyaan yang sulit. Mengapa tidak? Karena dalam hukum Musa ada bermacam-macam keharusan dan larangan-larangan yang berjumlah 616. Bagaimana memilih dan menentukan yang utama? Tentu sepuluh perintah Allah merupakan yang lebih penting yang berasal dari Allah sendiri, sementara yang lainnya merupakan tambahan-tambahan manusia.
Kalau kita membaca kitab Ulangan, kita menjumpai teks-teks yang sangat bagus dimana orang-orang Yahudi menyampaikannya dan diucapkan setiap hari. Dalam kitab Ulangan (6:2-6): Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Ini menjadi pusat iman orang Israel. Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Kita harus memberikan kepada Tuhan Allah semua yang ada pada diri kita. Inilah perintah kasih. Kita diciptakan untuk mengasihi. Tuhan Allah yang adalah kasih menciptakan kita karena kasih, supaya kita juga mampu mengasihi dan tinggal selalu dengan-Nya. Menjawab pertanyaan ahli kita, Tuhan Yesus menyatukan dimensi kasih yakni: Kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Ahli kitab membenarkan jawaban Tuhan Yesus.
Dalam perjanjian lama, orang-orang Yahudi menyatakan kasih mereka yakni dengan mempersembahkan korban. Para nabi mengingatkan mereka bahwa bukan itu yang terpenting. Kasih kepada Allah harus terwujud dalam kasih kepada sesama yakni dengan melaksanakan keadilan.
Dalam perjanjian baru, bukan binatang lagi yang menjadi kurban persembahan melainkan seluruh hidup Tuhan Yesus. Dalam ekaristi kita menjumpai ungkapan kasih yang begitu besar kepada Allah dan sesama. Tuhan Yesus menyatakan kasihNya melalui penderitaanNya. Tiada kasih yang lebih besar dari kasih seseorang yang mengorbankan hidupnya bagi sesama. Itulah sebabnya ekaristi disebut sebagai puncak dan sumber iman kita.
Setiap kali kita merayakan ekaristi sesungguhnya kita menghadirkan tanda kasih yang paling dalam dan paling sempurna melalui pengorbanan Tuhan Yesus. Mari kita renungkan betapa firman Tuhan yang memberikan cahaya yang terang bagi hidup kita, hendaknya semangat ini menyinari dan menyemangati orang lain. Jelas sekali cinta kepada Tuhan dan sesama merupakan hukum yang utama dan pertama.
Selamat berhari Minggu dimana kita mengungkapkan iman dan kasih kepada Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati kita semua.(ANM)