Halaman

    Social Items


Yesus sangat terbuka terhadap pendosa dan mereka yang disingkirkan. Karena itu mereka sangat senang datang pada Yesus. Sikap Yesus ini jelas sangat menjengkelkan hati ahli taurat dan kaum farisi karena bertentangan dengan ajaran mereka. Bagaimana keadilan Allah bisa dipertahankan jikalau orang berdosa diterima? Bukankah mereka seharusnya dihukum? Sikap Yesus tersebut menjadi batu sandungan bagi kewibawaan mereka. Namun mereka juga tidak bisa melarang Yesus, karena itu mereka bersungut-sungut.

Yesus mengetahui ketidaksenangan para pemimpin agama itu kepadaNya karena itu Ia menjawab mereka dengan perumpamaan. Perumpamaan itu di ambil dari kehidupan sehari-hari. Perumpamaan tentang domba yang hilang menunjukan sukacita Bapa kalau mendapatkan kembali dombanya yang hilang. Tuhan Yesus meyakinkan para pengkritikNya bahwa sukacita ini akan lebih besar dari sukacita melihat sekian banyak orang saleh yang tidak membutuhkan pertobatan.

Perbandingan kedua di ambil dari dunia wanita, dari kehidupan seorang ibu rumah tangga yang miskin dan sederhana. Pesannya serupa dengan pesan perbandingan yang pertama. Bagi orang miskin dan sederhana, kehilangan sejumlah kecil uang saja sudah sangat berarti. Mereka akan berusaha mencarinya sampai dapat dan betapa besar sukacitanya jika sudah mendapatkannya kembali. Satu lingkungan akan ramai dan turut senang. Demikian pula dalam Injil Lukas (15:1-10), bagaimana seorang ayah akan sangat bersukacita karena anaknya yang telah hilang telah kembali. 

Dalam Gereja kita, amat jarang terdapat lukisan Yesus yang duduk bersama orang miskin. Lukisan Yesus duduk dengan Maria, lukisan Yesus duduk dengan kedua belas murid, Yesus sebagai raja selalu lebih populer. Hal ini amat mengherankan. Padahal gambaran Yesus yang duduk bersama orang berdosa merupakan pesan yang kuat di dalam Injil.

Hal ini menjadi bahan refleksi bagi kita: biasanya kita bersahabat dengan orang-orang yang biasa datang ke Gereja. Dunia para pelayan firman biasanya dikuasai oleh orang-orang saleh. Kadang mengherankan bahwa manusia itu lebih keras terhadap sesamanya yang berdosa daripada Tuhan sendiri. Kita bersyukur boleh mengenal Yesus, Allah yang kudus tetapi selalu mencari orang yang berdosa. Inilah kebanggaan kita sebagai orang Kristiani. Yesus mau menjadi sahabat orang berdosa sampai orang itu bertobat. Mari kita menerima semua orang yang dicap buruk oleh masyarakat.(FMD)

Sukacita Bapa di Surga


Yesus sangat terbuka terhadap pendosa dan mereka yang disingkirkan. Karena itu mereka sangat senang datang pada Yesus. Sikap Yesus ini jelas sangat menjengkelkan hati ahli taurat dan kaum farisi karena bertentangan dengan ajaran mereka. Bagaimana keadilan Allah bisa dipertahankan jikalau orang berdosa diterima? Bukankah mereka seharusnya dihukum? Sikap Yesus tersebut menjadi batu sandungan bagi kewibawaan mereka. Namun mereka juga tidak bisa melarang Yesus, karena itu mereka bersungut-sungut.

Yesus mengetahui ketidaksenangan para pemimpin agama itu kepadaNya karena itu Ia menjawab mereka dengan perumpamaan. Perumpamaan itu di ambil dari kehidupan sehari-hari. Perumpamaan tentang domba yang hilang menunjukan sukacita Bapa kalau mendapatkan kembali dombanya yang hilang. Tuhan Yesus meyakinkan para pengkritikNya bahwa sukacita ini akan lebih besar dari sukacita melihat sekian banyak orang saleh yang tidak membutuhkan pertobatan.

Perbandingan kedua di ambil dari dunia wanita, dari kehidupan seorang ibu rumah tangga yang miskin dan sederhana. Pesannya serupa dengan pesan perbandingan yang pertama. Bagi orang miskin dan sederhana, kehilangan sejumlah kecil uang saja sudah sangat berarti. Mereka akan berusaha mencarinya sampai dapat dan betapa besar sukacitanya jika sudah mendapatkannya kembali. Satu lingkungan akan ramai dan turut senang. Demikian pula dalam Injil Lukas (15:1-10), bagaimana seorang ayah akan sangat bersukacita karena anaknya yang telah hilang telah kembali. 

Dalam Gereja kita, amat jarang terdapat lukisan Yesus yang duduk bersama orang miskin. Lukisan Yesus duduk dengan Maria, lukisan Yesus duduk dengan kedua belas murid, Yesus sebagai raja selalu lebih populer. Hal ini amat mengherankan. Padahal gambaran Yesus yang duduk bersama orang berdosa merupakan pesan yang kuat di dalam Injil.

Hal ini menjadi bahan refleksi bagi kita: biasanya kita bersahabat dengan orang-orang yang biasa datang ke Gereja. Dunia para pelayan firman biasanya dikuasai oleh orang-orang saleh. Kadang mengherankan bahwa manusia itu lebih keras terhadap sesamanya yang berdosa daripada Tuhan sendiri. Kita bersyukur boleh mengenal Yesus, Allah yang kudus tetapi selalu mencari orang yang berdosa. Inilah kebanggaan kita sebagai orang Kristiani. Yesus mau menjadi sahabat orang berdosa sampai orang itu bertobat. Mari kita menerima semua orang yang dicap buruk oleh masyarakat.(FMD)
Comments
0 Comments

No comments