Bacaan-bacaan liturgi dalam kitab Ulangan 4:1-8, Mazmur 15, Yakobus 1:17-27, Markus 7:1-23 memberikan pengajaran tentang ibadat yang benar, yang sejati, yang berkenan pada Tuhan.
Dalam kitab Ulangan, Musa meminta kepada bangsa Israel supaya mereka mentaati peraturan dan ketetapan yang telah diajarkannya. Bukan menambahkan ataupun mengurangi apa yang telah diajarkannya. Hal yang dimaksud adalah sepuluh perintah Allah.
Dalam Mazmur yang dinyanyikan dinyatakan sangat jelas, siapa-siapa saja yang dapat tinggal di kemah Tuhan dan gunung yang suci. Mereka adalah orang yang tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya, yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi, yang tidak menyebarkan fitnah, yang memandang hina orang yang tersingkir, yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah.
Dalam kitab Yakobus dan juga Injil Markus berbicara tentang firman Tuhan yang pesannya adalah terimalah firman Tuhan dengan lemah lembut, jadilah pelaku firman dan lakukanlah itu dalam hidup sehari-hari. Konsekuensinya jelas, pesannya jelas, bahwa kita wajib menerima hukum Allah dan firmanNya dengan penuh syukur dan melaksanakannya dalam hidup. Itulah yang membawa keselamatan bagi kita.
Pentingnya melaksanakan firman digambarkan Tuhan Yesus dengan perumpamaan. Yang tidak melaksanakan firman Tuhan seperti orang yang membangun rumah diatas pasir, bagus dan indah kelihatannya tetapi sesungguhnya tidak kokoh. Jika ada angin yang kencang atau obak datang menerjang, pastilah akan roboh berantakan. Sementara dia yang mendengarkan firman Tuhan dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari diibaratkan dengan seseorang yang membangun rumahnya diatas batu karang. Fondasinya kokoh dan rumah itu pasti akan berdiri tegak meski ada angin kencang atau ombak yang menerjang.
Seperti Yakobus menjelaskan bahwa jika orang mendengarkan firman Tuhan tetapi tidak melaksanakannya sama dengan menipu diri. Bila kita menipu diri, firman Tuhan tidak berdaya apa-apa dalam diri kita dan tidak akan menghasilkan buah. Alias sia-sia, mandul.
Tuhan Yesus mengingatkan kita semua bahwa hukum harus dihormati, dimengerti secara mendalam dan benar-benar dihayati dan dilaksanakan. Yesus menghardik kritikan-kritikan orang farisi dan ahli-ahli Taurat soal najis. Apa sesungguhnya yang membuat orang najis? Apapun dari luar, yang masuk ke tubuh seseorang, tidak dapat menajiskan dia, tetapi apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskan dia. Sumbernya adalah di hati. Pikiran yang jahat keluar dari hari manusia. Yesus mengajak kita menghayati agama, ibadah dari hati. Santo Yakobus menulis: agama yang sesungguhnya, yang nyata, yang sejati yang berkenan dihadapan Bapa adalah hal-hal yang baik dan nyata yang kita lakukan terhadap sesama, mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dan menjaga kekudusan hati supaya tidak dicemari dunia.
Perayaan Ekaristi yang setiap kali kita rayakan adalah perayaan syukur kepada Allah. Dia harus mampu membuat kita merubah hati kita menjadi hati yang baru seperti hati Kristus yang membuat kita saling mengasihi yang kita ungkapkan dalam perbuatan nyata. Inilah arti sesungguhnya perutusan kita. Misa sudah selesai, kita semua diutus. Diutus membawa damai, diutus untuk melayani, diutus untuk berkarya. Ibadah yang sejati adalah ibadah yang berbuah kebaikan.
Selamat beribadah, selamat berhari Minggu dan semoga ibadah kita menghasilkan kebaikan yang berkenan bagi Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati kita semua. (ANM/YVDW)