Daun palem adalah simbol dari kemenangan dimana daun palem ini membawa arti ke arah simbol Kristen. Daun palem digunakan untuk menyatakan kemenangan martir atas kematian.
Martir sering digambarkan dengan daun palem di antara tempat atau tambahan untuk instrumen dari kesyahidan. Kristus kerap kali menunjukan hubungan daun palem sebagai simbol kemenangan atas dosa dan kematian. Lebih jelas lagi, hal itu diasosiasikan dengan kejayaan-Nya memasuki Yerusalem.
Dau palem memiliki warna hijau. Hijau adalah warna dari tumbuh-tumbuhan dan musim semi. Oleh karena itu simbol dari kemenangan dari musim semi atas musim salju atau kehidupan atas kematian, menjadi sebuah campuran dari kuning dan biru itu juga melambangkan amal dan registrasi dari pekerjaan jiwa yang baik.
Saat Minggu Palma, umat melambai-lambaikan daun palem sambil bernyanyi. Hal itu menyatakan keikutsertaan umat bersama Yesus dalam arak-arakan menuju Yerusalem. Ini menyatakan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang: kota Allah, dimana ada kedamaian.
Pada Minggu Palma, Gereja tidak hanya mengenang peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem melainkan juga mengenang akan kesengsaraan Yesus. Oleh karena itu, Minggu Palma juga disebut sebagai Minggu Sengsara.
Dalam tradisi peribadatan Gereja, setelah umat melakukan prosesi daun palem (melambai-lambaikan daun palem), umat akan mendengarkan pembacaan kisah-kisah sengsara Yesus yang diambil dari Injil. Memang kisah-kisah sengsara ini akan dibacakan ulang dalam liturgi Jumat Agung tetapi pemaknaannya berbeda.
Pembacaan kisah sengsara Yesus dalam Minggu Palma dimaksudkan agar umat mengerti bahwa kemuliaan Yesus bukan hanya terletak pada kejayaan-Nya memasuki Yerusalem melainkan pada peristiwa kematian-Nya di kayu salib.
Selamat berhari Minggu dan semoga kita dapat mengenang sengsara Tuhan dan menghayatinya dalam hati kita. Tuhan memberkati kita semua. (ANM)