Berulangkali kita mendengar sabda Tuhan, dimana Yesus menjanjikan kehidupan kekal bagi mereka yang datang dan percaya kepadaNya. Menjadi pertanyaan bannyak orang adalah kapan kita akan mengalami kehidupan kekal itu? Apakah menunggu sampai kita mati? Semoga bacaan kitab suci yang kita dengarkan dan renungkan dapat memberi jawaban kapan kita akan mendapatkan hidup yang kekal itu.
Ketiga bacaan (Amsal 9:1-6; Efesus 5:15-20; Yohanes 6:51-58) ini mengantar kita pada permenungan tentang Ekaristi yang merupakan anugerah besar dari Allah untuk kita manusia. Kebijaksanaan menyiapkan suatu jamuan yang istimewa. Dari tempat yang tinggi para hamba menyampaikan undangan. Yang kurang kebijaksanaan, mari datang dan yang bodoh, mari datang makan dan minum.
Injil berbicara dan menampilkan Yesus sebagai roti hidup yang turun dari surga dan Ia menegaskan; jika seorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dialah roti hidup yang sejati. Orang Yahudi tidak memahami apa yang Yesus katakan karena itu mereka bergumam ini merupakan hal yang istimewa, tetapi kita tidak bisa terima. Bagaimana Dia menyuruh kita makan dagingNya supaya kita memperoleh hidup yang kekal. Tidak masuk akal dan aneh. Semakin mereka tidak paham, semakin Yesus menegaskan dengan lebih serius. Amin, amin, amin, Aku tegaskan jika kamu tidak makan daging Anak manusia dan jika kalian tidak minum darahNya, kamu tidak akan memiliki hidup dalam dirimu.
Ketika kita dibaptis, kita menerima Roh Kudus, kita disucikannya, dimurnikannya dan kita dibebaskan dari dosa dan kita menjadi anak-anak kesayangan Allah. Melalui ekaristi kita menerima santapan rohani, kita menerima hidup Allah dalam diri kita, kita bersatu dengan Allah, hidup dalam kasih Allah, hidup yang mengatasi kematian. DagingKu benar-benar makanan dan darahKu benar-benar minuman. Ekaristi yang kita terima menyatukan diri kita dengan Allah, kita masuk dalam relasi dengan Allah.
Sebuah kutipan yang bagus ini mari kita resapi :
"Seperti Bapa yang mengutus Aku dan Aku hidup oleh karunia Bapa, demikianlah juga halnya yang makan tubuhKu akan hidup oleh Allah."
Hidup dalam relasi kasih dengan Allah, itulah hidup kekal. Dan ekaristi yang kita sambut adalah tubuh Kristus sendiri. Kristus menyatu dengan diri kita, itulah kehidupan kekal. Hidup kekal bukan soal nanti setelah kita mati. Hidup kekal itu kita alami dan hayati saat ini pula, bukan setelah kematian kita. Kalau kita menyadari hidup kekal adalah saat ini maka penting bagi kita untuk mempersiapkan diri untuk menjadi tempat Allah tinggal dalam diri kita dan semakin sering kita menerima tubuh Kristus, semakin kuat pengalaman akan hidup kekal itu.
Semoga kita dapat menghayati arti hidup kekal mulai saat ini, bukan nanti dan kehidupan kekal ini akan berlanjut setelah kematian kita. Tuhan memberkati kita sekalian.