Halaman

    Social Items


Menjadi orang yang bijaksana membutuhkan waktu dan pembelajaran yang panjang bahkan sepanjang hidup. Lebih dari itu belajar pada guru yang tepat dan bijak. Sebagai orang kristiani, guru yang tepat dan benar bagi kita adalah Tuhan Yesus. Yesus memberi contoh, tidak mungkin orang buta menuntun orang buta karena keduanya bisa terperosok. Memilih guru yang tidak tepat maka ada bahaya kita akan menjumpai kegagalan. Seorang murid juga tidak akan melebihi gurunya karena pengalaman yang lebih.

Pertanyaan Tuhan Yesus: mengapa engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu sementara balok yang ada pada matamu sendiri tidak kau ketahui? Jangan ada tendensi untuk menghakimi orang lain sebelum kita melihat kesalahan kita sendiri. Orang yang mudah memaafkan diri sendiri dan menuntut banyak pada orang lain yang membuat kekacauan, adu mulut, bertengkar dan konflik yang berkepanjangan. Namun sebaliknya akan ada damai, sukacita dan maaf bila kita banyak menuntut pada diri sendiri dan memaafkan orang lain.

Selalu baik dan terpuji jika menasehati dan menegur orang lain jika melakukan kesalahan, namun lakukanlah dengan rendah hati dan dengan kasih sayang agar orang tidak akan sakit hati dan salah mengerti.

Santo Paulus mengatakan dan menasehati: Hendaklah kalian saling memikul beban tetapi lakukanlah dengan kasih dan rendah hati. Dari pengalaman hidup, benar bahwa menghakimi orang lain sesungguhnya akan menjadi boomerang atau menempatkan kita sendiri dalam situasi bahaya. Yesus sendiri telah mengingatkan kita: ukuran yang kita pakai untuk menghakimi orang lain, ukuran itu jugalah yang akan dipakai pada kita. Karena itu jangan menghakimi atau memfitnah orang lain.

Dengan contoh yang bagus, Yesus memberikan pengajaran hidup bagi kita yakni pohon. Bukankah pohon di kenal dari buahnya? Pohon yang baik buahnya pasti baik dan buah yang tidak baik berasal dari pohon yang tidak baik.

Dari perbandingan ini, Yesus mengajarkan kita tentang sikap hati. Orang yang baik hatinya akan mengeluarkan kata-kata yang baik yang bermuara dalam perbuatan-perbuatan yang baik. Namun bila hatinya jahat maka kata-katanya yang keluar pasti jahat dan perilaku dan tindakannya adalah yang jahat pula. Maka orang yang selalu mengkritik orang lain, berkata jahat, nyinyir pada orang lain, sesungguhnya bukan orang lain yang jahat melainkan dalam diri orang yang bersangkutan. Mempunyai niat dan hati yang jahatlah menumpuk segala kejahatan.

Dari semuanya itu sangat bagus kita mendengarkan apa yang diungkapkan oleh putra Sirakh: Jangan memuji seseorang sebelum dia berbicara. Jangan menilai atau menghakimi seseorang sebelum mereka melakukan sesuatu. Dari bicara seseorang kita bisa mengetahui kualitas hidup seseorang.

Mari kita merubah hati kita yang tidak baik menjadi hati yang baik. Dan yang sudah baik kita jadikan lebih baik lagi, itulah sesungguhnya pertobatan. Semoga firman Tuhan meneguhkan hati kita menjadi hati yang baik. Selamat beribadah, Tuhan memberkati kita semua.(ANM)

Memiliki Hati Seperti Hati Yesus


Menjadi orang yang bijaksana membutuhkan waktu dan pembelajaran yang panjang bahkan sepanjang hidup. Lebih dari itu belajar pada guru yang tepat dan bijak. Sebagai orang kristiani, guru yang tepat dan benar bagi kita adalah Tuhan Yesus. Yesus memberi contoh, tidak mungkin orang buta menuntun orang buta karena keduanya bisa terperosok. Memilih guru yang tidak tepat maka ada bahaya kita akan menjumpai kegagalan. Seorang murid juga tidak akan melebihi gurunya karena pengalaman yang lebih.

Pertanyaan Tuhan Yesus: mengapa engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu sementara balok yang ada pada matamu sendiri tidak kau ketahui? Jangan ada tendensi untuk menghakimi orang lain sebelum kita melihat kesalahan kita sendiri. Orang yang mudah memaafkan diri sendiri dan menuntut banyak pada orang lain yang membuat kekacauan, adu mulut, bertengkar dan konflik yang berkepanjangan. Namun sebaliknya akan ada damai, sukacita dan maaf bila kita banyak menuntut pada diri sendiri dan memaafkan orang lain.

Selalu baik dan terpuji jika menasehati dan menegur orang lain jika melakukan kesalahan, namun lakukanlah dengan rendah hati dan dengan kasih sayang agar orang tidak akan sakit hati dan salah mengerti.

Santo Paulus mengatakan dan menasehati: Hendaklah kalian saling memikul beban tetapi lakukanlah dengan kasih dan rendah hati. Dari pengalaman hidup, benar bahwa menghakimi orang lain sesungguhnya akan menjadi boomerang atau menempatkan kita sendiri dalam situasi bahaya. Yesus sendiri telah mengingatkan kita: ukuran yang kita pakai untuk menghakimi orang lain, ukuran itu jugalah yang akan dipakai pada kita. Karena itu jangan menghakimi atau memfitnah orang lain.

Dengan contoh yang bagus, Yesus memberikan pengajaran hidup bagi kita yakni pohon. Bukankah pohon di kenal dari buahnya? Pohon yang baik buahnya pasti baik dan buah yang tidak baik berasal dari pohon yang tidak baik.

Dari perbandingan ini, Yesus mengajarkan kita tentang sikap hati. Orang yang baik hatinya akan mengeluarkan kata-kata yang baik yang bermuara dalam perbuatan-perbuatan yang baik. Namun bila hatinya jahat maka kata-katanya yang keluar pasti jahat dan perilaku dan tindakannya adalah yang jahat pula. Maka orang yang selalu mengkritik orang lain, berkata jahat, nyinyir pada orang lain, sesungguhnya bukan orang lain yang jahat melainkan dalam diri orang yang bersangkutan. Mempunyai niat dan hati yang jahatlah menumpuk segala kejahatan.

Dari semuanya itu sangat bagus kita mendengarkan apa yang diungkapkan oleh putra Sirakh: Jangan memuji seseorang sebelum dia berbicara. Jangan menilai atau menghakimi seseorang sebelum mereka melakukan sesuatu. Dari bicara seseorang kita bisa mengetahui kualitas hidup seseorang.

Mari kita merubah hati kita yang tidak baik menjadi hati yang baik. Dan yang sudah baik kita jadikan lebih baik lagi, itulah sesungguhnya pertobatan. Semoga firman Tuhan meneguhkan hati kita menjadi hati yang baik. Selamat beribadah, Tuhan memberkati kita semua.(ANM)
Comments
0 Comments

No comments