Pengalaman mengasihi dan dikasihi merupakan pengalaman terindah dalam hidup seseorang. Tidak ada pengalaman yang dapat mengalahkan ini. Kasih ini juga menjadi kebutuhan dasar bagi manusia karena kehidupan menjadi utuh ketika orang merasakan kasih dan berbagi kasih itu dengan sesamanya.
Kasih adalah dasar dari ajaran Gereja karena Yesus menjadikan ini sebagai dasar ajaranNya. Karena kasih ini juga Yesus telah menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah (Ef 5:2). Jika kasih ini kita terapkan dalam kehidupan kita, itu akan bisa melahirkan indahnya dunia, melahirkan senyum dan memberikan gairah yang positif kepada kita.
Dalam Injil, kasih yang di ajarkan Yesus ini selalu ditujukan kepada sesama, terlebih kepada musuh atau orang yang membenci kita. Secara rohani, sesama itu adalah semua orang yang telah diciptakan Tuhan dengan begitu rumit sehingga tak ada duanya. Bahkan Tuhan menamakan manusia sebagai Bait Allah yang kudus.
Manusia lahir karena dikasihi Allah dan kepadanya diberikan segala kelengkapan baik itu fisik, jiwa, pikiran dan segala aneka perasaan. Semua ini harus menjadi potensi untuk di bagikan kepada sesama. Kasih Tuhan kepada manusia sesungguhnya sangat personal dan dinyatakan dengan pelbagai macam cara. Di lain pihak, secara manusiawi, kasih pertama kali dirasakan lewat pengalaman kasih dari kedua orang tua kita. Inilah menjadi pengalaman dasr manusiawi yang dapat mempengaruhi tata gerak dan tingkah laku serta perbuatan manusia dalam proses kehidupan selanjutnya. Siapa yang lahir sebagai manusia harus menyadari bahwa ia menjadi manusia karena dan untuk sesama
Seperti dalam bacaan Injil hari ini (Matius 5:38-48), Yesus selalu mengajarkan untuk berbuat kasih kepada musuh kita. Musuh terbesar kita dalam hidup ini adalah orang yang paling dekat dan paling akrab dengan kita. Lihatlah kedalam situasi kehidupan keluarga kita masing-masing. Pengalaman kasih Tuhan kadang belum mengubah dan menggerakkan hidup manusia. Terutama dalam pengalaman kecewa, marah dan sakit hati yang menyebabkan salah satunya terluka dan akhirnya mudah melukai orang lain. Banyak masalah ketidak harmonisan antara manusia baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat yang dapat melahirkan berbagai reaksi seperti marah, benci, dendam, iri hati, sakit hati, kecewa, cemburu dan lainnya. Apa bila ditarik akar penyebabnya, sebenarnya pelakunya merasa tidak dihargai dan dikasihi.
Kepahitan ini yang bisa menjadi lingkaran kehidupan yang tidak ada ujungnya. Orang akan menjadi murung dan sebagai balasannya adalah ingin melukai dan mencelakakan orang lain. Dengan itu lahirlah musuh dalam selimut, dekat tapi tidak bersama, bersatu namun tidak berkomunikasi. Maka marilah kita ingat pesan dari kitab Imamat (19:17), janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu namun hendaklah engkau berterus terang menegur dia.
Musuh terbesar dan terberat dalam hidup kita adalah diri kita sendiri karena manusia selalu memiliki ego yang sangat tinggi. Sangat sulit bagi seseorang untuk mengalahkan diri sendiri. Perjuangan melawan diri sendiri tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Karena pada prinsipnya orang pandai membela diri, membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain. Justru itulah yang melahirkan musuh dalam kehidupan ini. Tuhan menciptakan manusia dengan segala kelengkapan pada sistem tubuh, jiwa, pikiran, talenta yang serba unik dengan maksud bahwa kita mampu menggunakannya sebaik mungkin dan mampu mengendalikan diri sehingga tidak masuk dalam perangkap kejahatan yang akhirnya memperparah kehidupan bersama dengan kebencian yang tidak berkesudahan.
Tuhan telah menciptakan kita dengan sedemikian unik dan sangat personal oleh karena itu Tuhan mengundang kita untuk mengambil bagian dalam cara mengsihi sesama tanpa batas dengan semangat pengorbanan, kerendahan hati, kesetiaan melayani, penuh pengertian, sehingga kita semua berharga di mata Tuhan, merasa dikasihi dan dapat mengasihi satu sam lainnya seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati kita semua.(AB)